Laporan Wartawan Tribunnews, Andari Wulan Nugrahani
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - "Lega, bersyukur, sekaligus deg-deg'an," ungkap Fitri Nganthi Wani, penulis Sastra Untuk Tarendra yang resmi diluncurkan Jumat (1/11/2019) di Bentara Budaya Surakarta.
Wani mengatakan dia tidak menyangka acara peluncuran album buku terbarunya akan dihadiri banyak orang.
Sekitar 250 orang datang memenuhi halaman Bentara Budaya Solo.
Ditemui Tribunnews.com, Wani menyatakan acara kali ini sudah disiapkan oleh pihak Bentara Budaya bekerja sama dengan manajernya.
"Saya tinggal dateng saja. Secara teknis lengkapnya aku nggak tahu yang mengurusi Albi Moreno sebagai manajerku," jelas Wani.
Sebagai penulis Sastra Untuk Tarendra, ibu satu orang anak itu menuturkan cerita di balik lahirnya Tarendra.
"Bisa dikatakan bahwa saya sendiri sebagai penulisnya, menceritakan tentang cinta terlarang antara seorang laki-laki dan perempuan," katanya.
Dalam buku terbarunya, dijelaskan subyek untuk 'aku' adalah pihak perempuan.
Untuk pihak laki-laki, disebutkan sebagai subyek 'kamu'.
"Subyek 'aku' perempuan, 'kamu' nya laki-laki," kata Wani.
Wani menjelaskan dalam penuturan cerita Tarendra, ada proses awal perkenalan tokoh di dalam bukunya.
Hingga muncul konflik penolakan yang dialami tokoh perempuan.
Diakhiri dengan fase berdamai kepada diri sendiri.
"Ada proses antara awalnya perkenalan. Konflik kenapa tidak pernah bisa untuk bersatu. Ada proses di mana tokoh perempuan benci diri sendiri, merasa tidak pantas, tidak baik, karena selalu mendapatkan penolakan secara tidak langsung dan tidak ada ketegasan dari tokoh laki-laki. Sampai akhirnya pada fase berdamai kepada diri sendiri. Mengalah bukan untuk kalah. Itu dari saya sendiri sebagai penulis," ucapnya.
Wani menuturkan, karya yang sudah dilepas ke publik ini menjadi milik semua orang.
Semua orang bebas menginterprestasikan isi dari Sastra Untuk Tarendra.
"Kalau karya sudah dilepas ke publik itu sudah menjadi milik publik," katanya.
Karya yang menjadi milik publik bagi Wani sudah ditakdirkan untuk diinterprestasikan menurut pembacanya.
"Dan itu sudah menjadi takdirnya setiap karya," terangnya.
Proses Tarendra
Dalam mengerjakan Tarendra, Wani mengolah rasa selama 11 tahun.
Olah rasa untuk Tarendra ternyata lebih lama dibanding karya sebelumnya, 'Kau Berhasil Jadi Peluru'.
Untuk diketahui, 'Kau Berhasil Jadi Peluru' di luncurkan Wani tahun 2018.
Sebelumnya, Wani juga menggarap karya lain, yakni buku 'Monolog Lagu'.
"Tahun 2018 itu juga ada di buku 'Monolog Lagu'. Itu adalah tulisan yang paling lama saya tulis. Maksudnya, saya nulis tidak berjeda," tutur Wani.
Di 'Monolog Lagu', Wani menjelaskan tokoh 'aku' yang akhirnya mengakhiri hubungan yang tidak jelas melalui karya.
"Karena memang sebagai tokoh Aku, mengakhiri hubungan yang tidak jelas melalui karya," kata Wani.
Melalui karya Tarendra, Wani kembali mengatakan kisah 'kita' akan tetap abadi.
"Kisah kita akan tetap abadi," ujarnya.
"Intinya aku sama kamu sudah berdamai, tapi aku tidak mau pengalaman olah rasaku selama 11 tahun berakhir sia-sia," imbuhnya.
Wani berharap karyanya membawa manfaat dan berguna untuk siapapun yang mengalami dan merasakan 'Tarendra' dalam hidupnya.
"Siapa tau akan berguna untuk orang-orang yg mengalami seperti 'kita' dulu," ungkapnya. (*)