Pariwisata Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur terus digenjot. Fasilitas yang kaitannya dengan 3A (atraksi, amenitas, aksestabilitas) terus dilengkapi. Terbaru, Bandara Banyuwangi siap dijadikan Low Cost Carrier Airport (LCCA).
Hal itu setelah PT Angkasa Pura (AP) II selaku operator Bandara Banyuwangi melakukan pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
"Selaras dengan target Kementerian Pariwisata yaitu mencapai 20 juta wisman pada tahun 2019, konsep LCCA/LCCT menjadi opsi untuk mendorong datangnya wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dalam hal ini Banyuwangi," ujar Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin di Banyuwangi, Minggu (22 /7).
Penetapan Bandara Banyuwangi sebagai LCCA merupakan tindak lanjut pertemuan Dirut AP II Muhammad Awaluddin dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya pada Jumat (20/7) lalu.
Pria yang akrab disapa Awal juga menyebut, hal itu juga sesuai dengan arahan Menteri BUMN, Bandara Banyuwangi, Bali, serta Lombok (BBL) akan menjadi "Tourism Triangle" untuk me-sinergikan pariwisata di ketiga daerah tersebut.
"Dengan pertumbuhan penumpang Low Cost Carrier yang naik 55% per tahun dimana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Full Service Carriers (FSC) yang hanya sekitar 7%. Pengembangan LCCA dan konsep Tourim Airport yang diusung Bandara Banyuwangi dapat mengakselerasi perkembangan pariwisata di daerah Jawa Timur," ungkap Awaluddin.
AP II sendiri menyiapkan total investasi kurang lebih Rp 300 Miliar. Pengembangan Bandara Banyuwangi ini juga sebagai program dukungan AP II untuk event Annual Meeting IMF - World Bank yang akan diselengarakan di Nusa Dua Bali pada bulan Oktober 2018.
Nantinya pengembangan Bandara Banyuwangi akan dilakukan Penebalan Landasan (Overlay Runway) yang sebelumnya hanya PCN 27 menjadi PCN 56. Sehingga dapat mengakomodir pasawat tipe Boeing 737-8 NG , 737-9 ER dan Airbus 320;
Dari Perluasan tempat parkir pesawat (apron) juga ditingkatkan. Yang mulanya hanya mampu menampung 3 pesawat Narrow Body, kini bisa menjadi 9 pesawat Narrow Body. Untuk landasan pacu juga diperpanjang dan diperlebar dari sebelumnya 2250x30m2 menjadi 2500x45m2.
Untuk infrastruktur lainya seperti lahan parkir kendaraan juga diperlebar. Yang semula hanya 2.000 m2 (80 kendaraan) menjadi 5.000 m2 (260 kendaraan). Dan yang terakhir perluasan Terminal Penumpang dari 7000m2 yang hanya mampu menampung 700 ribu pax/tahun. Menjadi 20.000m2 atau setara 2 juta pax/tahun.
Mendengar hal itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya memuji kecepatan dan keseriusan AP II untuk membangun LCCT itu. “Inilah yang disebut Indonesia Incorporated! Kompak, solid, maju bersama, saling support, antar kementerian atau lembaga untuk Indonesia maju,” jelas Menteri Arief Yahya.
Dengan adanya terminal LCC, maka airlines bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen, namun akan memiliki trafik yang meningkat dua kali lipat.
Menpar juga tidak khawatir nantinya wisatawan yang berkunjung memiliki spending yang kecil. Ia mencontohkan Thailand yang memiliki banyak terminal LCC, namun Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai 1.500 dolar AS. Sementara Indonesia masih di angka 1.200 dolar AS. Tingkat keterisian penumpang (okupansi) pesawat ke destinasi biasanya juga lebih banyak untuk kelas ekonomi.
"Ini bisa membuktikan penggunaan LCCT tidak mengurangi ARPA," jelasnya.(*)