Sebanyak 32 kontingen, beraksi di Gorontalo Karnaval Karawo 2018, Sabtu (20/10). Mereka perwakilan dari perbankan, dinas, Polri, sekolah, pemerintah daerah, dan masyarakat umum.
Berbagai desain mode dari bahan karawo dengan anggun melenggang ke jalanan yang berjarak 1 km. Mulai dari yang desain sederhana hingga desain yang sangat rumit terlihat indah. Masyarakat pun antusias menyaksikannya. Bahkan, hujan yang sempat turun tidak menyurutkan semangat peserta dan masyarakat.
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan, melalui karnaval ini, kain sulaman khas karawo semakin dikenal. Bukan hanya tingkat lokal dan nasional, namun juga internasional.
"Yang membuat Saya bangga, karnaval ini membuat perajin karawo kehabisan bahan. Itu berarti terjadi peningkatan produksi dan permintaan sulam karawo yang meningkatkan perekonomian perajin," ujar Rusli Habibie.
Dia mengungkapkan, dalam beberapa even karnaval yang telah dilakukan, perputaran uangnya mencapai Rp 5 miliar. Mulai dari perajin karawo, koreografer karnaval, kuliner hingga suvenir, hotel dan penjahit.
"Semua lapisan masyarakat turut merasakan perputaran perekonomiannya. Semoga permintaan kain Karawo dari luar Gorontalo makin banyak," harapnya.
Gubernur Rusli mengungkapkan, saat ini karawo bukan hanya dijadikan baju. Namun dikembangkan menjadi mukena, kipas, sapu tangan dan lainnya.
"Saya juga mengapresiasi peran Kementerian Pariwisata yang selalu mempromosikan karawo hingga ke luar negeri," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Nancy Lahay menjelaskan, Karnaval Karawo untuk mempopulerkan sulaman karawo dan merupakan kegiatan tahunan. Tahun ini, Karnaval Karawo masuk dalam Top 100 Wonderful Event Kemenpar.
"Festival karawo tahun ini masuk dalam 100 top event nasional yang ditetapkan Kementerian Pariwisata. Tahun ini juga, parade busana dan karnaval diramaikan sejumlah perwakilan dari daerah regional Sulawesi," kata Nancy.
Nancy juga mempertegas, bahwa Pariwisata sebagai salah satu leading sector dalam upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat Gorontalo.
"Dan karnaval ini merupakan perwujudan dari Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam mendukung Program Prioritas Nasional di bidang Pariwisata. Untuk pencapaian target kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara," jelasnya.
Acungan jempol juga datang dari Menteri Pariwisata Arief Yahya. Dirinya mengapresiasi niatan Provinsi Gorontalo yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu leading sector.
“Kami semakin yakin apa yang diputuskan Presiden Joko Widodo itu sudah berada di rel yang benar. Pariwisata menjadi salah satu sektor prioritas, selain Infrastruktur, Energi, Pangan dan Maritim. Kita punya semua potensi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pariwisata sebagai pendongkrak ekonomi nasional,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Menpar pun menjelaskan, sektor pariwisata di Provinsi Gorontalo menjadi salah satu yang berpotensi menjadi ladang uang baru bagi masyarakat Gorontalo.
"Dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun sebesar 0,57%. Laju ekonomi Gorontalo juga bisa tumbuh 7%. Diharapkan kelak pariwisata bisa menjadi motor pertumbuhan baru bila pengembangan pariwisata berjalan sesuai rencana," pungkasnya.
Untuk informasi, Karawo adalah kain tradisional khas Gorontalo yang pembuatannya merupakan hasil kerajinan tangan. Tak ada kain karawo yang bukan hasil kerajinan tangan.
Karawo merupakan Bahasa Gorontalo yang artinya sulaman dengan tangan. Orang-orang di luar Gorontalo mengenalnya dengan sebutan kerawang.
Karawo lahir dari proses panjang yang merupakan buah dari ketekunan para perajin. Seni membuat kerawang atau karawo disebut ‘Makarawo’.
Seni tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa Kerajaan Gorontalo berjaya. Keindahan motif, keunikan cara pengerjaan, dan kualitas yang bagus membuat karawo bernilai sangat tinggi.(*)