SANGGAU – Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, mulai serius menggarap desa wisata. Berbagai strategi disiapkan untuk mengangkat potensi ini.
Pertama melalui rapat koordinasi Februari lalu. Strategi berikutnya adalah mengenalkan desa wisata Sanggau saat Festival Crossborder yang digelar Kementerian Pariwisata.
Keseriusan Sanggau mengembangkan desa wisata disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sanggau, Fransiskus Meron.
“Sanggau sedang mengembangkan desa wisata. Kita sudah menginventarisir apa saja kekurangan atau kebutuhan yang harus dipenuhi di desa-desa wisata yang kita bentuk. Rencananya, kita akan memanfaatkan Festival Crossborder Kementerian Pariwisata untuk mengenalkan desa wisata yang kita miliki,” tutur Meron, Jumat (15/3).
Dijelaskannya, perlakuan berbeda akan diterapkan saat Festival Crossborder kembali digelar di Kecamatan Entikong, Sanggau.
“Festival Crossborder yang akan datang, kita buat lebih lama. Mungkin seminggu. Tapi kita akan sesuaikan. Jadi, di pertengahan festival nanti, kita akan ajak wisatawan, peserta, atau undangan, untuk mengunjungi desa wisata yang ada di Sanggau. Konsepnya sedang kita matangkan. Yang pasti kita ingin desa wisata bisa menghidupi masyarakat,” paparnya.
Fransiskus Meron menambahkan, Pemkab Sanggau memang harus membaca peluang untuk meluncurkan desa wisata. Sehingga, tepat sasaran.
“Tentu kita melihat adanya peluang pasar. Apalagi, Kementerian Pariwisata sedang gencar-gencarnya menarik wisatawan mancanegara melalui festival crossborder. Salah satunya, lewat PLBN Entikong dengan mengadakan Festival Wonderfull Indonesia,” paparnya.
Hal itu juga disampaikan Meron dalam Workshop Weekend Market Crossborder beberapa hari lalu. Kegiatan ini juga dihadiri Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung.
Alasan lain yang membuat Meron optimis dengan hadirnya desa wisata adalah rencana Pemerintah Pusat yang akan membangun Rel Kereta Api Trans Kalimantan.
Yaitu, menghubungkan Kalimantan Utara – Kalimantan Barat. Serta rencana pembangunan Bandara Lape oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Sanggau.
Meron menambahkan, Pemkab Sanggau sudah membahas hal ini dalam "Workshop Border Tourism Melalui Penguatan Desa Wisata Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat". Acara ini dibuka Sekda Kabupaten Sanggau Aley Sandri.
Meron mengatakan, desa wisata sudah lama dirintis di Sanggau. Dan, dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.
“Kali ini, Pemerintah Kabupaten Sanggau berinisiasi untuk melakukan pendampingan dan penguatan menuju Desa Wisata yang mandiri. Sehingga, perlu adanya suatu penganggaran pengelolaan secara professional,” terangnya.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Regional II Kementerian Pariwisata Reza Pahlevi, sangat mendukung pengembangan desa wisata di Kabupaten Sanggau. Apalagi, Sanggau termasuk dalam area crossborder. Area yang sering dikunjungi wisatawan crossborder.
“Kabupaten Sanggau adalah area crossborder. Di sana berdiri Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong yang memiliki fasilitas serta pelayanan yang baik. Untuk menghadirkan desa wisata yang baik, perlu pembenahan infrastruktur. Dan yang tidak kalah penting adalah pemberdayaan masyarakat desa. Serta bagaimana perangkat desa dan warganya bisa menyiapkan pengembangan potensi yang ada,” kata Reza memberikan masukan.
Namun, Reza mengusulkan agar Pemkab Sanggau juga menyiapkan paket atau strategi dengan melibatkan kabupaten sekitar Sanggau. Tujuannya, agar promosi dan penjualan paket lebih maksimal.
“Dan yang tidak kalah penting adalah melibatkan GenPI. Karena, GenPI bisa membantu mengenalkan desa wisata ini melalui online,” papar Reza.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga mendukung pengembangan desa wisata di Sanggau. Sebab, desa wisata membuat Sanggau akan memiliki banyak atraksi yang bisa menarik wisatawan perbatasan.
“Yang harus dilakukan adalah memberikan atraksi dalam desa wisata itu. Pikirkan aktivitas apa yang bisa melibatkan wisatawan saat berada di sana. Yang juga tidak kalah penting adalah memberikan kenyamanan serta keramahan. Tinggalkan kesan yang baik jika ingin destinasi ioni menjadi sustain. Karena, desa wisata harus bisa mensejahterakan masyarakat,” kata Menteri asal Banyuwangi itu.(*)