JAKARTA – Diluncurkannya Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019 oleh Kementerian Pariwisata, pertengahan Februari lalu, mempertegas tekad Indonesia untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal.
Sejalan dengan itu, sejumlah daerah pun semakin memperkuat posisinya sebagai destinasi halal, seperti Lombok (NTB) dan Riau.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Anang Sutono mengatakan, IMTI diluncurkan bekerja sama dengan Mastercard-CrescentRating. Acuannya pun jelas, yakni standar Global Muslim Travel Index (GMTI).
“Selain memperhatikan soal akses, komunikasi, lingkungan sekitar dan pelayanan yang jadi aspek penilaian GMTI, Menpar Arief juga merujuk Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang juga jadi rujukan UNESCO,” ujarnya, Selasa (16/4).
Diakui Anang Sutono, peluncuran IMTI sesuai dengan pergerakan muslim traveler di dunia yang luar biasa. Tak heran jika Indonesia punya komitmen tinggi untuk menjadi global player dalam hal pariwisata halal.
Tentu saja, ini merupakan semangat dan ide brilian karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Selain Lombok (NTB) dan Riau (termasuk Kepulauan Riau), daerah lain yang terpilih sebagai destinasi wisata halal adalah Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur (Malang Raya), serta Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya).
Hadirnya IMTI disambut baik oleh CEO CrescentRating & Halal Trip, Fazal Bahardeen. Menurutnya, IMTI membuat Indonesia semakin siap di sektor wisata halal.
Ia pun berharap IMTI dapat membantu Indonesia sebagai pemimpin wisata halal kelas dunia.
“Berdasarkan proyeksi GMTI, jumlah wisatawan muslim dunia akan mencapai angka 158 juta di tahun 2020. Dari jumlah tersebut, diprediksi total pembelanjaan sekitar USD 220 miliar atau setara dengan Rp3.080 triliun dengan pertumbuhan 6% per tahun,” jelasnya.
Kini, berkat kerja keras semua pihak khususnya Kementerian Pariwisata, Indonesia akhirnya menempati posisi pertama pada GMTI dengan skor 78. Prestasi ini tentunya tidak dicapai secara instan, melainkan naik secara berjenjang.
Dimulai pada tahun 2015, Indonesia baru menempati rangking ke-6 GMTI. Kemudian tahun 2016 meningkat ke posisi 4, tahun 2017 di posisi 3, lalu tahun 2018 merangkak ke peringkat 2, hingga akhirnya di tahun 2019 ini bertengger di posisi terbaik GMTI.
Sementara itu, sejak peluncuran IMTI di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku optimis bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan dirinya sebagai destinasi wisata halal unggulan.
Terlebih, Indonesia memiliki daya tarik pariwisata yang beragam dan sudah berkembang.
Bukan itu saja, Muslim friendly amenities seperti halnya hotel, restoran dan lain-lain juga sudah mulai berkembang. Apalagi, saat ini kerjasama dengan organisasi multinasional untuk mengembangkan infrastruktur pariwisata halal relatif mudah dilaksanakan.
Oleh karenanya, bukan sesuatu yang sulit bagi Indonesia untuk menjadi pusat destinasi bagi wisatawan muslim mancanegara.
“Indonesia telah menumbuhkan empat aspek dari GMTI melampaui semua negara. IMTI menghadapkan masing-masing daerah untuk menumbuhkan wisata halal di setiap destinasi. Ada komitmen yang kuat dari setiap elemen pemerintah dan pertumbuhan yang signifikan dari pemain industri pariwisata halal," tandasnya.(*)