Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat bersiap menggelar kegiatan bertajuk Festival Musik Bambu (FMB) II/ 2019. Event ini akan berlangsung di objek wisata Dusun Bambu, tanggal 27-28 Juli mendatang. Event ini digelar untuk melestarikan seni musik bambu.
Pada acara FMB ke 2 se-Jabar ini, akan dihadirkan beberapa stand craft serba bambu dari dari Bamboo Community. Komunitas ini sudah sering diundang beberapa negara Eropa. Di sana, mereka memamerkan produknya. Ada juga kuliner tradisional, serta komunitas kopi KBB. Komunitas kopi ini sudah diakui dunia. Bahkan, kopi Bandung Barat telah mendapat predikat terbaik ke-2 dunia.
Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna mengatakan, kegiatan ini akan diikuti perwakilan dari seluruh kabupaten/kota yang ada di wilayah Jawa Barat. Di mana, masing-masing daerah hanya diperkenankan mengirim 1 wakil terbaiknya.
"Tahun ini, FMB II mengangkat tema: 'Seni Musik Bambu Jawa Barat Menjadi Ciri dan Karakter Unggul Masyarakat Berbudaya'. Adapun tujuannya, antara lain untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat, terutama generasi muda terhadap keberadaan seni musik bambu. Termasuk menggali potensi kerajinan dari bambu," ujarnya, Selasa (23/7).
Menurut Umbara, FMB tahun ini menitikberatkan pada dua hal. FMB sebagai salah satu strategi penciptaan untuk mendayagunakan (empowering) kekayaan dan kemajemukan seni budaya Jawa Barat. Lalu, FMB sebagai cerminan kemampuan pengalaman artistik masyarakat Jawa Barat terutama melalui seni musik bambu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bandung Barat Sri Dustirawati menambahkan, event FMB II/ 2019 juga untuk mengangkat kembali potensi seni budaya masyarakat. Serta membumikan kembali potensi bambu sebagai ikon yang khas pada khasanah seni budaya Jawa Barat.
"Nantinya, akan dipilih 3 pemenang di masing-masing kategori. Antara lain, 3 kelompok penyaji musik terbaik, 3 orang penata musik atau komposer terbaik, dan 3 pemain musik terbaik," jelasnya.
Khusus untuk kategori pemain musik terbaik, akan dipilih berdasarkan empat kriteria. Yaitu originalitas atau keunikan karya, ide dan kreativitas atau kebaruan karya, otentisitas atau keaslian sumber, dan unity atau keutuhan karta.
“Wisatawan nantinya akan disuguhkan dengan sesuatu yang unik. Karena destinasinya akan menampilkan arsitektur bambu, kerajinan dan musik bambu serta kuliner,” tambahnya.
Kabid Pemasaran Area I (Jawa) Kemenpar, Wawan Gunawan menuturkan, FMB II bisa dimaknai sebagai wahana apresiasi serta pewarisan seni musik bambu. Harapannya, musik bambu tetap hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan dunia seni dan masyarakat pendukungnya.
"Dengan digelarnya FMB II/ 2019, maka pemerintah daerah telah memberikan hiburan yang sehat, edukatif, dan bernilai kultural kepada masyarakat Jawa Barat. Dengan kata lain, masyarakat tidak akan terasing dari akar budayanya," kata Wawan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi gagasan Festival Musik Bambu II/ 2019. Ini menjadi salah satu peran nyata pemerintah daerah dalam melestarikan seni budaya lokal, warisan nenek moyang.
"Seni budaya memiliki kekuatan tersendiri bagi dunia pariwisata Indonesia. Sebab, sebagian wisatawan datang ke nusantara, salah satunya karena ragam seni budaya yang unik dan menarik," tandasnya. (*)