News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kemarau Tak Menghalangi Gunung Kidul Panen Padi

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kemarau Tak Menghalangi Gunung Kidul Panen Padi

Musim kemarau panjang 2019 ini ternyata tidak menghalangi petani di seluruh wilayah Indonesia khususnya di Gunung Kidul Provinsi DI Yogyakarta memanen padi. Fakta ini terjadi karena dukungan program budidaya padi yang dilaksanakan Kementerian Pertanian (Kementan) yang tidak hanya berorientasi semata-mata pada peningkatan produksi saja, namun juga meningkatkan kualitas lingkungan.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyebutkan program tersebut yakni Budidaya Tanaman Sehat (BTS) sebagai langkah nyata dalam mengamankan produksi dari ancaman wereng dan daya dukung lingkungan yang menurun. Di Kabupaten Gunung Kidul, program ini mulai dilaksanakan sejak 2017.

"Program BTS ini awalnya dilaksanakan karena adanya serangan wereng batang coklat dan virus yang ditularkannya di beberapa sentra padi terutama di Pantura," demikian kata Suwandi dalam kunjungan kerjanya bersama Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X di Desa Ponjol, Gunung Kidul, Kamis (15/8/2019).

Suwandi menjelaskan dengan program BTS, kini Gunung Kidul tetap memanen padi meskipun tengah terjadi musim kemarau. Hingga saat ini, bantuan yang diberikan Kementan melalui program BTS ini berupa dolomit, pupuk organik, agens hayati dan refugia.

"Saya sangat apresiasi kepada petani disini yang masih ada panen meskipun musim kemarau. Bulan Juli-September masih bisa panen berarti ini petani juara semua," ujarnya.

Karena itu, Suwandi berharap Program BTS di Desa Ponjong ini bisa menjadi pilot project dan direplikasi wilayah lain. Bahkan bisa menjadi setingkat lebih tinggi, yakni beralihlah ke semi organik atau organik agar tanah menjadi subur, lingkungan bagus dan beras yang dikonsumsi sehat dan harga jual juga tinggi.

"Secara ekonomis, usahatani ini cukup menguntungkan. Dengan hasil rata-rata per hektar Rp 40 juta per musim dan biaya jika dihitung sekitar Rp 15 juta per musim, jadi untung Rp 25 juta per musim," sebutnya.

"Ini sangat menarik. Tapi saya pun mengingatkan agar petani memakai benih unggul bersertifikat agar hasilnya terjamin bagus," pinta dia.

Perkuat Daya Tawar Petani

Suwandi memberikan lima jurus guna memperkuat daya tawar petani sehingga posisi petani menjadi lebih kuat dan petani tidak lagi mengeluhkan harga naik atau turun karena harga itu akibat, bukan penyebab. Lima jurus itu mampu menjadikan petani mengatasi penyebab harga input saat naik maupun output saat turun.

"Pertama perbaikan sistem produksi melalui efisiensi input seperti pupuk organik, pestisida nabati dan hayati," bebernya.

Kedua, kata Suwandi, petani harus bisa mendorong meningkatkan kapasitas kelembagaan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menjadi lembaga ekonomi seperti koperasi, BUMP, BUMR maupun korporasi agar mempermudah akses input, permodalan dan pasar.

Ketiga, hilirisasi dengan pasca panen, pengolahan dan pengemasan. Keempat memperpendek rantai pasok bermitra dengan industri dan pasar.

"Dan terakhir, kelima, tolong kembangkan pasar lelang dan stratup. Saatnya posisi petani menjadi price maker, bukan price taker," tandasnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini