Ini sebenarnya bukan kabar yang mengagetkan! Bukan berita yang aneh bin ajaib. Devisa yang disumbangkan dari sektor pariwisata Indonesia tahun 2018 tembus USD 19.29 Miliar. Hampir saja menembus target USD 20 Miliar yang dicanangkan Presiden Jokowi tahun ini, 2019.
Data itu berasal dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) berdasarkan BPS, tahun 2018 ditutup dengan angka capaian 15,8 juta. Lalu spending atau belanja mereka selama berwisata dan berada di tanah air sebesar USD 1.220 per kepala per kunjungan. Istilahnya ASPA - Average Spending Per Arrival.
Angka spending USD 1.220 per visit itu sudah gabungan, atau blended. Antara wisman dari 19 pintu utama Imigrasi, sejumlah 13,3 juta wisman, plus 2,71 juta wisman dari pintu lainnya, termasuk dari festival festival cross border. Maka totalnya adalah 15.81 juta wisman dan average nya USD 1.220.
Angka devisa USD 19,29 M dari 15.8 juta wisman tahun 2018 itu disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan pada tanggal 16 Agustus 2019, di Gedung DPR MPR RI, Senayan Jakarta.
Di sisi lain, Bank Indonesia belum menghitung devisa pintu lain. BI lebih fokus pada 19 pintu utama
saja, yang spendingnya USD 1440 per visit. BI belum memasukkan wisman dari pintu lain yang jumlahnya cukup signifikan, 2,7 juta, meskipun spending mereka yang sudah disurvei, hanya USD 150 per visit. Jadi ASPA itu menjadi USD 1.220 per kunjungan.
Alasannya, belum ada pasangan outbondnya. Maka, yang dihitung adalah ASPA pintu utamanya terlebih dulu.
Asumsi ASPA pintu lain sebesar $150 pernah disampaikan BPS. Maka, ASPA pintu utama menjadi $1,440/ kunjungan. Dengan penjelasan wisman dari pintu utama dikalikan dengan ASPA pintu utama, ditambah wisman dari pintu lain dikalikan ASPA pintu lain.
Jika wisman pintu utama 13,1 juta, sementara wisman pintu lain 2,7 juta, ASPA pintu lain $150, total wisman 15,8 juta dan total ASPA $1,220, maka ASPA pintu utama sebesar $1,440.
Dengan ASPA pintu utama sebesar $1.440/ kunjungan, maka jika hanya ingin menghitung devisa wisman 19 pintu utama saja, menjadi sebesar $18,87 M.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Djunaedi sejak awal sudah memperkirakan hal itu. “Greget dan antusiasme industri pariwisata nasional sudah terasa dalam 4 tahun ini! Semakin hidup dan bergairah! Itu menunjukkan bahwa bisnis di sektor pariwisata semakin menemukan bentuknya, makin merata makin mensejahterakan banyak pihak,” ungkap Didien Djunaedi.
Didin tidak merasa kaget, karena dia sudah malang melintang di industri pariwisata sejak lama. “Lebih dari 50 tahun, saya bisnis di pariwisata, dan 4-5 tahun terakhir memang dahsyat,” papar Didien.
Didien mengatakan, perkembangan pariwisata ditunjukan oleh kontribusi dalam PDB, jumlah wisatawan mancanegara, jumlah wisatawan nusantara, dan nilai penerimaan devisa.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB tahun 2018 mencapai 4,50 persen, dan tahun 2019 mencapai 4,80 persen.
“Peningkatan kontribusi ini utamanya didorong oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisman, wisnus dan investasi, terutama di 10 destinasi prioritas,” ujar Didien.
Dalam peluncuran Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) 2019 yang berlangsung di Senayan City Jakarta, Kamis (15/8), Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa cakupan pasar Indonesia besar sekali.
Tugas para pengusaha lokal pemilik merk-merk lokal inilah yang harus mengisi pasar dalam negeri. Sehingga ketika barang luar negeri akan masuk, tidak bisa lagi menampung karena semua sudah penuh.
“Kami mendorong ruang-ruang strategis di pusat-pusat perbelanjaan diberikan ke merk-merk lokal. Jadi, bukan hanya merk luar negeri saja yang mengisi tempat strategis. Jangan biarkan pasar lokal dikuasai asing. Hati-hati, karena neraca perdagangan masih defisit. Kita harus meningkatkan kecintaan kita pada produk-produk dalam negeri,” ingatnya.
Presiden juga mendorong produk-produk Indonesia yang sudah bagus untuk dilakukan seleksi dan quality control. Merk-merk Indonesia harus berani bersaing di luar negeri. Pasarkan di mal-mal terbesar dunia. Seperti di Dubai, Malaysia, Singapura, dan lain-lain.
“Di sisi lain, sudah saatnya brand-brand kecil dan menengah bergabung bersama melakukan penetrasi ke pasar luar negeri,” tegasnya.(*)