Siapa yang tak kenal Danau Toba. Destinasi super prioritas itu selalu mampu membuai wisatawan yang datang. Alamnya keren, atraksinya selalu paten. Seperti Samosir Music International (SMI) 2019. Acara tersebut bakal digelar di Open Stage Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Samosir, 23-24 Agustus 2019.
Manager Project SMI, Henry Manik mengatakan, berbeda dengan gelaran tahun sebelumnya, perhelatan kali ini bakal lebih spektakuler. Karena perhelatan ini bakal melibatkan sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Samosir. Kemudian komunitas-komunitas Zumba untuk ikut memeriahkan event selama dua hari.
"Kami bakal banyak melibatkan komunitas lokal. Baik itu komunitas seni hingga komunitas zumba. Di samping kegiatan seni dan budaya ini, kita akan mencoba membenahi penanganan kuliner yang lebih variatif dan menarik. Hal ini semua merupakan bagian dari bentuk pengembangan yang selalu kita pikirkan selain juga penampilan berbagai musisi mancanegara," tutur Henry.
Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, konser ini pun dilaksanakan selama 2 hari. Dengan itu diharapkan memberi dampak yang lebih banyak terhadap sektor wisata dan perekonomian daerah.
"Semakin lama wisatawan menetap di Samosir, semakin banyak perputaran perekonomian yang terjadi," kata Henry.
Soal deretan pengisi acara, sudah pasti tak perlu diragukan. Ada Viky Sianipar, Tongam Sirait, Alex Rudiart Hutajulu, Alsant Nababan, dan Jajabi Band.
Sementara dari mancanegara ada Salammusik dari Malaysia. Band ini sudah lumayan besar dan terkenal di negaranya juga di Eropa. Mereka terkenal dengan irama musik baru yaitu gabungan dari unsur budaya dan modern, kategori genre musiknya masuk ke dalam rock, reggae dan hiphop.
Kemudian ada Bagjuice dari Belanda. Ini adalah reggae/dub band yang berasal dari Amsterdam. Band ini memiliki personel sebanyak enam orang. Setiap personelnya mempunyai background musik yang sangat luas.
Latar belakang musik yang berbeda, mereka satukan sehingga menghasilkan sebuah bentuk musik yang menjadi ciri khas, membuat mereka mudah untuk dikenal di Belanda.
Ada lagi, Sons & Preachers. Band ini masih tergolong sangat muda, mulai dibentuk resmi sejak Januari 2018 dan tidak lama setelah dibentuk mereka merilis sebuah single. Band yang terdiri dari empat personel ini, sudah lama saling mengenal dan masing-masing memiliki latar belakang musik yang berbeda dan punya keinginan yang sama untuk mendirikan sebuah band.
"Dan Hermann Delago dari Austria akan tetap ikut meramaikan panggung tahun ini," ungkap Henry.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani pun ikut angkat suara. Menurutnya SMI menjadi salah satu atraksi andalan Danau Toba. Bagai mana tidak, disetiap perhelatannya SMI mampu menyedot ribuan wisatawan. Apalagi konser ini sangat unik. Setiap musisi asing yang hadir diwajibkan membawakan lagu-lagu Batak.
"SMI ini sudah sangat sejalan dengan apa yang tengah diprogramkan pemerintah. Sebagai sebuah Kawasan Pariwisata Super Prioritas, Danau Toba membutuhkan event-event berkelas seperti SMI ini. Apalagi event ini selalu menyedot wisatawan dalam jumlah besar. Tahun 2018 saja, diperkirakan SMI disaksikan oleh 15 ribu pengunjung," kata Rizki.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut angkat suara. Dirinya sangat mengapresiasi upaya berbagai pihak menghadirkan atraksi berkelas di Danau Toba. Karena dengan itu diyakini Danau Toba akan semakin mendunia. Apalagi SMI yang jelas-jelas merupakan konser musik yang spektakuler tanpa meninggalkan budaya Batak yang kaya.
"Konsepnya selalu sama 3A. Aksesnya baik, amenitasnya baik lalu didukung dengan atraksi yang berstandar global untuk mengundang wisatawan datang. Kalau soal alam, saya sudah tidak ragu lagi. Keindahan Danau Toba sudah diakui dunia. Aksesnya ada Bandara Silangit yang bertaraf Internasional. Amenitasnya sudah sangat baik. Atraksi berkelas dunia ini yang harus terus digelar di Danau Toba seperti SMI ini," papar Menpar Arief. (*)