Festival Maksaira kembali digelar di Kepulauan Sula, Maluku Utara. Event ini sudah memasuki tahun pelaksanaan yang ke-3. Yang membedakan event ini dari tahun sebelumnya, adalah kehadiran Ritual Gabalil Hai Sua. Ritual ini baru pertama kali diadakan.
“Festival Maksaira Tahun ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Karena, ada tambahan konten acara, yaitu Gabalill Hai Sua. Ini menarik. Karena masyarakat dan peserta antusias semangat mengikuti ritual ini. Insyaallah tahun depan kami akan mengemas Festival Maksaira dengan konten-konten menarik dan terutama Ritual Gabalil Hai Sua ini,” tutur Kadispar Sula, Mohammad Drakel, Selasa (20/8).
Menurutnya, Ritual Gabalil Hai Sua sengaja di angkat di Festival Maksaira tahun ini. Karena, tradisi ini hampir hilang. Gabalil Hai Sua merupakan tradisi turun-temurun di masa lalu.
Ritual Gabalil Hai Sua diikuti peserta dari unsur TNI, Polri, Pemda, Pemuda dan Masyarakat Kepulauan Sula. Total ada 19 grup. 1 grup terdiri dari 10 peserta. Mereka berjalan kaki kurang lebih 180 Km mengelilingi Pulau Sula selama 4 Hari. Ritual Gabalili Hai Sua start di mulai dari Istana Daerah Bupati (ISDA) dan finishnya di Benteng De Verwachting bekas peninggalan VOC.
“Yang menarik, selama perjalanan peserta wajib mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Seperti Benteng, tempat Keramat, dan destinasi wisata. Peserta wajib foto lalu di posting di akun sosial media selama perjalanan yang di singgahinya,” tutur Drakel.
Setelah melalui perjalanan selama 3 Hari Peserta berkumpul di Desa Waigoyofa desa yang dulunya tempat pertemuan masyarakat Sula. Peserta di jamu makan malam dan menginap di Desa ini. Besoknya, peserta melanjutkan perjalanan kurang lebih 70 Km lagi ke finish.
Pelaksanaan event ini, juga mendapatkan dukungan dari GenPI Maluku Utara. Tim GenPI Malut bahkan menerjunkan tim untuk meliput dan memperkenalkan festival ini ke media sosial.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani memberikan apresiasi atas terlaksananya Ritual Gabalili Hai Sua.
“Ini menjadi upaya Kepulauan Sula untuk menjaga sebuah tradisi. Momennya juga tepat, saat Festival Maksaira 2019. Dengan festival ini, Kepulauan Sula bukan hanya melestarikan. Tetapi sudah menjadikan Gabalili Hai Sua sebagai atraksi. Jika dikemas dengan baik, kegiatan bisa menarik lebih banyak wisatawan. Apalagi, ritual mengunjungi lokasi-lokasi wisata di Kepulauan Sula,” paparnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengutarakan hal serupa. Menurutnya, sangat penting melestarikan sebuah budaya.
“Budaya itu semakin dilestarikan semakin menghasilkan. Sebab, nilainya akan semakin tinggi. Festival Maksaira menjadi salah satu sarana untuk mengangkat dan melestarikan budaya,” kata Menpar memberikan apresiasi.
Namun, mantan Dirut PT Telkom itu mengingatkan pentingnya 3A untuk menarik wisatawan.
“Atraksi, aksesibilitas, dan amenitas (3A), adalah hal yang penting. Jika Kepulauan Sula ingin mendatangkan lebih banyak wisatawan, penuhi ketiga unsur ini,” papar manteri asal Banyuwangi itu.(*)