TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) terus menggiatkan program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI).
Program ini merupakan lanjutan dari program P4-ISDA yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013, lalu berganti nama menjadi P3-TGAI atau yang lebih dikenal dengan Program Padat Karya Tunai, walaupun demikian maksud dan pelaksanaannya hampir sama yaitu untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan perbaikan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi sesuai dengan kebutuhan dan prinsip kemandirian.
Baca: Bendungan Gondang Bisa Jadi Destinasi Wisata Indah di Jawa Tengah
P3-TGAI merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja irigasi desa guna kesejahteraan petani, peningkatan ekonomi masyarakat sekitar, serta berkontribusi untuk mendukung ketahanan pangan.
Program P3-TGAI tersebut terus digalakkan ke berbagai daerah di Indonesia, satu diantaranya adalah Provinsi Sulawesi Utara. Di provinsi ini, program tersebut dijalankan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I.
Kepala Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan BWS Sulawesi I Ellen Kumentas menyampaikan bahwa pada tahun 2019 ada sebanyak 200 lokasi yang terpilih di Provinsi Sulawesi Utara yang mendapatkan program P3-TGAI, dan salah satunya adalah Daerah Irigasi (DI) yang terletak di Desa Kopiwangker, Kecamatan Langoan Timur, Kabupaten Minahasa.
Baca: Alat Pengukur Kekuatan Jalan Temuan Pusjatan Kementerian PUPR Rambah Pasar Timor Leste
Pekerjaan yang dilakukan yaitu perbaikan saluran irigasi tersier, peningkatan layanan saluran irigasi dari saluran tanah menjadi saluran pasangan beton ataupun batu kali.
“Program ini secara ekonomi dapat menambah penghasilan para petani yang sedang menunggu panen, melalui upah harian dari pengerjaan program P3-TGAI, selain itu potensi kehilangan air di saluran irigasi bisa berkurang, sehingga air bisa optimal masuk ke sawah-sawah petani dan berdampak pada meningkatnya produksi dari padi tersebut,” jelas Ellen.
Ellen berharap program P3-TGAI semakin terus digalakkan kedepannya, karena sangat membantu para petani di berbagai daerah yang punya keterbatasan dana untuk memperbaiki saluran tersier (dari semula saluran tanah menjadi lining dari pasangan batu) milik mereka, sehingga pasokan air untuk sawah bisa tetap terjaga.
Fera Wuon, seorang petani yang juga menjabat Ketua P3A (Kelompok Tani) di Desa Kopiwangker menyampaikan bahwa tanah yang ada di desanya cukup subur, namun karena saluran irigasinya belum permanen, air yang masuk ke areal persawahan atau perkebunan tidak teratur dan maksimal. Apabila musim hujan, airnya menggenangi area persawahan, dan kalau musim kemarau, saluran kering tidak ada air.
Baca: Minimalisir Dampak Banjir Lahar, Ditjen SDA Bangun Sabo Dam di Pulau Ternate
Dengan dibangunnya saluran irigasi permanen ini, hasil panen kami (para petani) meningkat, dan tidak ada lagi petani yang mengalami gagal panen,” tutur Fera semangat.
Ia berharap kedepannya, bukan hanya Desa Kopiwangker saja yang dibangun saluran irigasinya, tapi mencakup semua saluran irigasi yang ada di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Baca: Balitbang Kementerian PUPR Kenalkan Solusi Pompa Air Tenaga Hidro untuk Atasi Musim Kering
P3-TGAI atau Padat Karya Tunai merupakan salah satu upaya Ditjen SDA dalam membenahi saluran irigasi yang bertujuan untuk memastikan dan menjamin pasokan air yang masuk ke sawah cukup dan teratur, sehingga produksi tani bisa terus meningkat, yang diharapkan bisa mendukung swasembada pangan di negeri ini. (*)