TRIBUNNEWS.COM - Gunung Gamalama yang terletak di Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu gunung api yang ada di Indonesia. Gunung yang terletak di Pulau Ternate tersebut memiliki ketinggian sekitar 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama merupakan sebuah stratovolkano, yakni gunung yang tinggi dan mengerucut, yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung ini tercatat sebagai gunung api di Indonesia yang masih aktif.
Sejak tahun 1538 M hingga saat ini, Gunung Gamalama telah menyemburkan laharnya lebih dari 70 kali. Pada 5 Desember 2011, terjadi letusan Gunung Gamalama yang disusul dengan banjir lahar dingin di Sungai Togurara yang mengakibatkan material lahar dingin meluap dari sand pocket sampai ke jalan di Desa Tubo. Seminggu kemudian, terjadi aliran banjir lahar dingin di Sungai Togurara, Togafu dan Baliora.
Kondisi seperti ini terjadi berulang kali hingga pada 9 Mei 2012 terjadi hujan lebat yang diikuti banjir lahar dingin di Sungai Togurara yang melanda Desa Tubo, Maliaro, Dufa-Dufa dan Ake Huda serta Desa Marikurubu dengan aliran hingga ke bibir pantai. Akibatnya ada 273 rumah rusak berat dan ringan, 14 rumah hilang, 3 jembatan rusak, 4 tanggul rusak, 180 meter jalan rusak dan 15 orang korban jiwa (6 orang meninggal dan 9 orang hilang).
Permasalahan yang terjadi di Pulau Ternate akibat letusan Gunung Gamalama telah menimbulkan korban jiwa, bahkan rusaknya sarana dan prasarana umum, juga rumah warga sehingga pemerintah pusat perlu melakukan penanganan serius untuk meminimalisir dampaknya.
Untuk itu, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui BWS Maluku Utara membangun sabo dam dengan nama pekerjaan Pengendalian Lahar Gunung Gamalama yang terletak di Keluarahan Tubo Kecamatan ternate Utara dan Keluarahan Togafo Kecamatan Pulau Ternate.
“Ada 21 seri bangunan sabo yang sudah dikerjakan sejak tahun 2017-2019 dan tersebar pada tiga sungai Togurara, Loto, dan Togafo. Ketiga sungai ini merupakan penerima dampak terbesar dari lahar Gunung Gamalama. Lebar sabo tergantung pada sungainya, biasanya 20-30 meter, dengan ketinggian 4 meter,” jelas Kasatker SNVT PJSA BWS Maluku Utara Mustafa.
Manfaat dari sabo dam tersebut antara lain untuk meminimalisir dampak dari banjir lahar terhadap kerusakan sarana dan prasarana umum, juga melindungi penduduk. Selain itu, sabo dam tersebut juga akan mengoptimalkan fungsi sungai sebagai saluran pembawa air dan sedimen dari sumbernya sampai muara, serta mencegah kerusakan lingkungan sungai dan infrastruktur sumber daya air.