TRIBUNNEWS.COM - Pertambahan jumlah penduduk, perubahan tata guna lahan, percepatan pembangunan infrastruktur dan perubahan iklim ekstrim merupakan tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air di dunia, termasuk Indonesia.
Masalah kekeringan, banjir dan pencemaran air merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air saat ini.
Baca: Tol Layang Jakarta-Cikampek Mulai Dibuka Pagi Ini, Masih Gratis, Batas Kecepatan Maksimal 80 Km/Jam
Satu per satu tantangan di atas coba diselesaikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) dengan membangun dan merehabilitasi berbagai infrastruktur sumber daya air, satu diantaranya adalah Bendungan Rotiklot.
Pembangunan Bendungan Rotiklot adalah salah satu upaya yang dilakukan Ditjen SDA untuk mendukung ketahanan air dan kedaulatan pangan di Indonesia, apalagi kebutuhan air baku masyarakat terus meningkat akibat dari laju pertumbuhan penduduk.
Dengan adanya bendungan-bendungan tersebut, para petani diharapkan bisa lebih mudah dalam mengatur pasokan air sehingga produktivitas bisa naik, dan meningkat pula cadangan pangan nasional.
Pun demikian dengan kebutuhan air baku yang bisa semakin merata dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, salah satunya adalah masyarakat yang tinggal di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki musim hujan sangat sedikit dibanding musim kemaraunya. Kondisi ini membuat Provinsi Nusa Tenggara Timur defisit air, baik untuk irigasi maupun kebutuhan air baku masyarakatnya.
Kehadiran Bendungan Rotiklot di provinsi ini bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan daerahnya karena adanya ketersedian air yang baik yang bisa memenuhi kebutuhan air baku (minum), pertanian, peternakan, dan lainnya.
Baca: Padat Karya Tunai Bangkitkan Semangat Petani Desa Kopiwangker
Bendungan Rotiklot dibangun oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II sejak tahun 2015. Bendungan ini merupakan salah satu dari 49 bendungan baru yang dibangun Ditjen SDA pada periode 2015-2019 yang merupakan bagian dari program NAWACITA.
Bendungan Rotiklot mampu menampung air sebanyak 3,3 juta meter kubik yang memiliki beberapa manfaat diantaranya memasok air untuk Daerah Irigasi seluas 139 hektar, menyediakan air baku sebesar 40 liter per detik, juga sebagai pengendali banjir, dan berpotensi sebagai objek pariwisata yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Pembangunan Bendungan Rotiklot tentunya diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan tersebut dapat bermanfaat dengan baik karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah, dan lahan pertanian milik petani.
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan tata guna lahan, percepatan pembangunan infrastruktur dan perubahan iklim ekstrim merupakan tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air di dunia, termasuk Indonesia.
Masalah kekeringan, banjir dan pencemaran air merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air saat ini.
Satu per satu tantangan di atas coba diselesaikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) dengan membangun dan merehabilitasi berbagai infrastruktur sumber daya air, satu diantaranya adalah Bendungan Rotiklot.
Pembangunan Bendungan Rotiklot adalah salah satu upaya yang dilakukan Ditjen SDA untuk mendukung ketahanan air dan kedaulatan pangan di Indonesia, apalagi kebutuhan air baku masyarakat terus meningkat akibat dari laju pertumbuhan penduduk.
Dengan adanya bendungan-bendungan tersebut, para petani diharapkan bisa lebih mudah dalam mengatur pasokan air sehingga produktivitas bisa naik, dan meningkat pula cadangan pangan nasional.
Pun demikian dengan kebutuhan air baku yang bisa semakin merata dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, salah satunya adalah masyarakat yang tinggal di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baca: Berwisata ke Embung Giriroto
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki musim hujan sangat sedikit dibanding musim kemaraunya. Kondisi ini membuat Provinsi Nusa Tenggara Timur defisit air, baik untuk irigasi maupun kebutuhan air baku masyarakatnya.
Kehadiran Bendungan Rotiklot di provinsi ini bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan daerahnya karena adanya ketersedian air yang baik yang bisa memenuhi kebutuhan air baku (minum), pertanian, peternakan, dan lainnya.
Bendungan Rotiklot dibangun oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II sejak tahun 2015. Bendungan ini merupakan salah satu dari 49 bendungan baru yang dibangun Ditjen SDA pada periode 2015-2019 yang merupakan bagian dari program NAWACITA.
Bendungan Rotiklot mampu menampung air sebanyak 3,3 juta meter kubik yang memiliki beberapa manfaat diantaranya memasok air untuk Daerah Irigasi seluas 139 hektar, menyediakan air baku sebesar 40 liter per detik, juga sebagai pengendali banjir, dan berpotensi sebagai objek pariwisata yang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Pembangunan Bendungan Rotiklot tentunya diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan tersebut dapat bermanfaat dengan baik karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah, dan lahan pertanian milik petani. (*)