TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah menyusun Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut mengenai standarisasi peralatan Vessel Traffic Service (VTS) dan Stasiun Radio Pantai (SROP) melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP.287/DJPL/2020, serta standarisasi perawatan peralatan VTS dan SROP melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor KP.294/DJPL/2020.
Dalam rangka implementasi Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut tersebut, serta rencana implementasi Uji Coba/Test Bed Pemanduan Secara Elektronik (E-Pilotage) Tahap II oleh VTS Ditjen Perhubungan Laut, Direktorat Kenavigasian kembali menyelenggarakan kegiatan mentoring operator dan teknisi telekomunikasi pelayaran tahun 2020.
Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan terkait pemanfaatan teknologi informasi dan sekaligus untuk memenuhi kemampuan sesuai yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan Telekomunikasi Pelayaran yang diperuntukkan untuk pelayanan Keselamatan Pelayaran.
Demikian sambutan yang disampaikan secara virtual oleh Direktur Kenavigasian Hengki Angkasawan pada acara pembukaan mentoring operator dan teknisi telekomunikasi pelayaran di Medan, (27/8).
Hengki menjelaskan, kegiatan ini merupakan kesempatan bagi para peserta untuk menambah ilmu pengetahuan para peserta sehingga dapat mendukung dan meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang operasional maupun teknis peralatan serta pemahaman tentang arti pentingnya dan manfaat sarana telekomunikasi pelayaran sesuai dengan tupoksi di masing-masing Distrik Navigasi.
Menurut Hengki, Surat Keputusan Dirjen terkait standarisasi Peralatan dan Perawatan VTS dan SROP dapat dijadikan pedoman teknis dalam pengadaan dan peningkatan maupun pemeliharaan peralatan VTS dan SROP, yang pada akhirnya dapat membantu VTS dan SROP tersebut beroperasi secara efisien dan efektif dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di wilayah perairan Indonesia.
“Pada kesempatan ini tentu saya ingin menyampaikan pada teman-teman yang hadir untuk selalu melakukan pengawasan/pemantauan terhadap peralatan-peralatannya, supaya tingkat keandalannya dapat kita pertahankan,” imbau Hengki.
Selain optimalisasi perangkat VTS, tentunya memerlukan kesiapan dan pemenuhan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di stasiun VTS, sehingga perlu dilakukan peningkatan dan refresher melalui program mentoring seperti yang dilaksanakan pada saat ini.
Pada kesempatan ini, Hengki juga mengingatkan dan mengajak kepada para peserta untuk selalu menjaga kesehatan karena pandemi Covid-19 sampai saat ini masih tetap menjadi musuh kita bersama, antara lain untuk selalu menggunakan masker, menjaga jarak serta mencuci tangan.
“Sesuai dengan arahan Menteri Perhubungan pada beberapa kesempatan mohon semua pegawai untuk bisa mengendalikan dirinya masing-masing untuk menjaga kesehatan agar kita tetap dapat beraktivitas dan melaksanakan pelayanan dengan baik,” tuturnya.
Terkait rencana implementasi Pemanduan Secara Elektronik (E-Pilotage), Hengki mengingatkan bagi 4 (empat) Pelabuhan yang telah mengikuti Uji Coba/Test Bed Pemanduan Secara Elektronik (E-Pilotage) tahap 1 untuk secara konsisten melaksanakan uji coba pada kapal kapal yg beroperasi di pelabuhannya masing masing sehingga pemanfaatan pelayanan VTS dapat optimal dilaksanakan.
Sedangkan untuk rencana Uji Coba/Test Bed Pemanduan Secara Elektronik (E-Pilotage) tahap 2, bagi semua distrik navigasi yang telah memiliki peralatan VTS segera menyiapkan Sarana, Prasarana dan SDM untuk meng implementasikan E-Pilotage yang sudah dijabarkan pada tahap pertama.
“Sehingga nanti pada akhir tahun 2020, kita mendapatkan formulasi yang utuh terkait dengan implementasi E-Pilotage di seluruh pelabuhan yang dapat dilayani oleh VTS," kata Hengki.
Terakhir, untuk integrasi sistem AIS terestrial di VTS dan SROP dengan MCC juga akan terus dilanjutkan.
“Sampai saat ini kita telah mengintegrasikan 31 AIS terestrial, saya berharap di akhir tahun 2020 kita dapat mengintegrasikan paling tidak 50 titik lokasi AIS, yang bisa kita monitor di Merine Command Center pusat,” kata Hengki.
Sebelumnya, Kasubdit Telekomunikasi Pelayaran, Dian Nurdiana, dalam laporannya menyampaikan bahwa salah satu tanggung jawab Direktorat Kenavigasian adalah untuk mendukung keselamatan pelayaran dengan memberikan layanan Telekomunikasi Pelayaran melalui sistem Telekomunikasi Pelayaran seperti SROP dan VTS sehingga terciptanya keselamatan dan keamanan pelayaran.
Lebih lanjut dalam kegiatan Mentoring Teknisi dan Operator ini dihadiri oleh beberapa narasumber yang berasal dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Telkom University Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya serta praktisi E-Pilotage dari Finlandia.
“Pada kegiatan kali ini, peserta yang hadir dalam Mentoring Teknisi dan Operator Telekomunikasi Pelayaran ini adalah 10 orang peserta, yang berasal dari Perwakilan Distrik Navigasi Kelas I Belawan sebanyak 5 orang dan Perwakilan dari Distrik navigasi Kelas II Sibolga sebanyak 5 orang. Adapun dalam pelaksanaannya, mentoring tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari 25 Distrik Navigasi melalui video conference,” kata Dian.
Kegiatan Mentoring Telekomunikasi Pelayaran dilaksanakan di Medan selama 2 (dua) hari, dimulai dari tanggal 26 Agustus 2020 dan berkahir pada 27 Agustus 2020. (*)