TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tengah menyiapkan skenario penerapan uji coba pemanduan secara elektronik (E-Pilotage) di perairan Indonesia.
Hal ini dilaksanakan guna meningkatkan peran stasiun Vessel Traffic Service (VTS) yang akan disiapkan sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam pemanduan bagi kapal-kapal yang hendak melintas alur pelayaran maupun selat di Indonesia.
Untuk itu, dilakukan Rapat Penyusunan Bersama Skenario Uji Coba/Test Bed E-Pilotage Service yang diikuti oleh empat Distrik Navigasi (Disnav) yaitu Palembang, Dumai, Belawan dan Teluk Bayur.
Baca juga: Kemenhub Siapkan Regulasi Penggunaan GeNose C19 di Transportasi Udara
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Andi Hartono menjelaskan pemanduan secara elektronik (E-Pilotage) yang dilakukan oleh VTS diminta untuk siap mendukung keamanan dan keselamatan pelayaran kapal, khususnya yang berlayar diwilayah perairan pelabuhan dalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut dan peningkatan kegiatan ekonomi.
"Masing-masing distrik navigasi (Disnav) yang mengoperasikanb VTS dapat membagi pengalaman dan hasil kerjanya kepada yang lain untuk saling melengkapi, hingga memperoleh konsep Skenario E-Pilotage Service yang lebih komprehensif," kata dia, dalam acara Rapat Penyusunan Bersama Skenario E-Pilotage Service, di Padang, Sumatera Barat, Kamis (25/2/2021).
Baca juga: Pangkalan PLP Bitung Beberkan Strategi Jaga Wilayah Perairan Indonesia Bagian Utara
Dia menyebutkan pemanfaatan teknologi VTS khususnya peranannya sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam mengimplementasikan E-Pilotage akan dapat mencapai efektivitas dan efisiensi. Namun saat ini pemanfaatan fasilitas kenavigasian seperti VTS dalam kegiatan E-Pilotage masih perlu ditingkatkan, dan oleh karena itu harus ada peran yang lebih besar dari VTS dalam memberikan layanan terkait dengan E-Pilotage.
"Aset negara yang nilainya tinggi ini seyogyanya mempunyai kontribusi yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat maritim yang bersinggunangan langsung dengan peran VTS. Kemampuan Sumber Daya Manusia (Operator VTS) pun dituntut memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan / bersertifikat," ujarnya.
Baca juga: Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Perak Komit Jaga Keselamatan dan Keamanan Pelayaran di Perairan
Dengan demikian, adanya Penyiapan Bersama Skenario Test Bed/Uji Coba E-Pilotage ini diharapkan dapat mewujudkan Sinkronisasi dan harmonisasi keragaman pelayanan, yang dapat menjadi referensi Penyusunan Pedoman untuk pelaksanaan Test Bed/Uji Coba Pemanduan Elektronik (E-Pilotage ) itu sendiri.
"Jelas juga diperlukan adanya Navigation Guideline, sebagai dasar bagi Operator VTS maupun Nakhoda Kapal, saat memasuki suatu perairan Pelabuhan ketika dilakukan kegiatan Test Bed/Uji Coba E-Pilotage. Ini penting untuk memberikan kejelasan informasi situasi dan kondisi yang real diperairan setempat. Sehingga kapal dapat menggunakan rute pelayaran yang aman dan efisien," ujarnya.
Saat ini di Indonesia terdapat 23 VTS yang telah berstandar internasional dengan operator yang memiliki kompetensi berdasarkan ketentuan dari International Maritime Organization (IMO) dan International Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA). (*)