TRIBUNNEWS.COM - Berbagai keunggulan yang didapatkan dari budidaya ikan sistem bioflok menjadikan metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong pengadopsian teknologi ini di masyarakat melalui penyaluran bantuan dengan tujuan agar semakin banyak pembudidaya yang merasakan keuntungan dari sistem ini.
Pokdakan Jaya Mandiri sebagai salah satu penerima bantuan budidaya ikan sistem bioflok tahun 2020 diwakili oleh ketuanya, Rusdiyanto mengungkapkan bahwa paket bantuan budidaya ikan lele sistem bioflok yang diterima oleh kelompoknya telah meningkatkan usaha budidaya yang telah digeluti oleh anggota kelompoknya. Sebelumnya mereka telah melakukan usaha budidaya secara individu dengan sistem konvensional sebelum timbul inisiatif untuk membuat kelompok dan mengembangkan kapasitas usaha mereka.
“Melalui pendampingan langsung dari BPBAT Sungai Gelam, kami berhasil melakukan panen ikan lele sebanyak 1,8 ton dan telah kami jual dengan harga Rp 16.000 per kg ke pasar yang ada di Kota Prabumulih,” kata Rusdiyanto.
Rusdiyanto juga mengatakan bahwa setelah sukses panen perdana, seluruh anggota kelompok telah sepakat untuk secara mandiri membeli dan menebar benih kembali agar dapat mengeksplorasi teknik budidaya ikan yang baik dengan menggunakan sistem bioflok ini.
“Kami optimis dengan dukungan dan bimbingan yang terus diberikan kepada kami, usaha budidaya kami akan menghasilkan ikan dengan jumlah yang lebih banyak lagi sehingga dapat membantu perekonomian seluruh anggota,” tutup Rusdiyanto.
Plt. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu menyatakan bahwa komoditas lele menjadi salah satu primadona dalam perikanan budidaya khususnya di kawasan Indonesia Barat dan Tengah karena benihnya yang mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah serta proses pemeliharaan yang tidak terlalu lama serta pangsa pasar lokal yang besar.
“Dengan banyaknya warung makan yang menyajikan ikan lele sebagai menu utama, menjadikan komoditas ikan lele salah satu ikan yang paling banyak dicari di seluruh Indonesia. Tentunya hal ini menjadikan usaha budidaya ikan lele sebuah peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan dengan kepastian pasar yang baik,” ungkap Tebe.
Budidaya ikan lele sistem bioflok dinilai Tebe merupakan sebuah metode yang tepat untuk pembudidaya yang ingin meningkatkan skala usahanya karena efisien dalam penggunaan lahan sehingga pembudidaya tidak memerlukan penambahan modal yang besar untuk menyediakan lahan budidaya, namun dapat menambah hasil produksi secara signifikan.
“Sesuai arahan dari Menteri Sakti Wahyu Trenggono, KKP akan membangun sumber perekonomian sektor kelautan dan perikanan yang berbasis pada perikanan budidaya. Dengan perhitungan yang matang serta menggabungkan berbagai aktivitas lain seperti jual beli, wisata hingga kuliner, KKP siap membangun kampung-kampung perikanan budidaya termasuk kampung bioflok yang ramah lingkungan,” pungkas Tebe.
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Boyun Handoyo menjelaskan bahwa Kota Prabumulih merupakan salah satu daerah yang masuk dalam rencana pengembangan kampung budidaya, khususnya untuk budidaya ikan sistem bioflok. Untuk menunjang hal itu, pada tahun 2021 BPBAT Sungai Gelam mengalokasikan paket bantuan bioflok ke Kota Prabumulih sebanyak 7 paket.
“Kami juga telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kota Prabumulih dan mereka sepakat untuk menjadikan Kota Prabumulih sebagai kota 1000 kolam bioflok. Dengan kolaborasi ini dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, kami yakin program bioflok di Kota Prabumulih dapat sukses menjaga ketahanan pangan serta menyejahterakan masyarakat,” imbuh Boyun.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020 BPBAT Sungai Gelam telah menyalurkan paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok sebanyak 65 paket di wilayah kerjanya. Untuk tahun 2021, BPBAT Sungai Gelam kembali mengalokasikan sebanyak 40 paket bantuan untuk disebar kepada masyarakat.