TRIBUNNEWS.COM – Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mewanti-wanti agar calon pegawai negeri sipil (CPNS) di lingkungan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tidak terjebak paham radikal. Sebagai abdi negara, kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak bisa ditawar.
“Kita ini bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita hidup dari air Indonesia, kita berpijak di atas bumi Indonesia, kita bernafas menghirup udara Indonesia, pada saatnya kita meninggal kita akan dikebumikan di bumi Indonesia. Maka sudah sebuah keniscayaan kita untuk mencintai Indonesia,” ujar Abdul Halim Iskandar saat memberikan arahan dalam pembekalan dan orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Aula Makarti Muktitama, Kantor Kemendes PDTT pada Kamis (12/5/2022).
Gus Halim-sapaan akrab Abdul Halim Iskandar-mengatakan kecintaan NKRI merupakan modal utama bagi seorang abdi negara. Jika modal dasar ini terganggu dengan berbagai paham yang mendegradasikan kecintaan terhadap negara maka akan sangat berbahaya. Apalagi jika paham-paham tersebut diyakini oleh abdi negara yang mempunyai akses dan pengaruh terhadap lahirnya berbagai kebijakan publik.
“Maka jangan sampai para CPNS maupun ASN Kemendes PDTT terpapar paham-paham yang bisa melunturkan cinta kepada bangsa dan negara,” katanya.
Dengan landasan kecintaan terhadap negara pula, lanjut Gus Halim maka seorang aparatur sipil negara bisa memberikan pengabdian terbaik dalam berbagai situasi dan kondisi. Menurutnya situasi bernegara tentu tidak selalu dalam kondisi serba ideal. Ada kalanya situasi negara tidak baik-baik saja yang bisa jadi hal itu berimbas langsung pada kesejahteraan pegawai.
“Dalam situasi ini maka landasan cinta negara akan mampu menjadi bahan bakar untuk bekerja maksimal,” ujarnya.
Gus Halim mencontohkan bagaimana saat negara menghadapi pandemi Covid-19. Dari sisi anggaran banyak terjadi refokusing, yang berimbas pada pemotongan tunjangan bagi ASN. Jika situasi ini tidak ditanggapi dengan semangat pengabdian pada negara maka sudah pasti akan menganggu tingkat kinerja ASN.
“Jadi menjadi ASN itu tidak berarti hadirnya zona nyaman yang membuat malas-malasan karena merasa semua sudah terjamin,” katanya.
Menurut Gus Halim Indonesia membutuhkan banyak talenta untuk bisa terus berkembang lebih baik di masa depan. Kehadiran para CPNS sebagai ASN baru diharapkan mampu mempercepat tercapainya kesejahteraan bagi Indonesia. Termasuk di lingkungan Kemendes PDTT.
“Saya bertugas untuk membawa Kemendes PDTT ini miliki arah yang lebih jelas, miliki eksistensi yang lebih konkret, memiliki kinerja yang lebih maksimal supaya keberadaan Kemendes PDTT sampai kapan pun selalu dibutuhkan,” ungkapnya.
Gus Halim menegaskan kontribusi positif para ASN di lingkungan Kemendes PDTT mempunyai pengaruh besar bagi percepatan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia terutama bagi mereka yang berdomisili 74.960 desa di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bagian dari Kemendes PDTT, para CPNS ini mutlak harus memiliki rasa bangga, rasa percaya diri bahwa Kemendes PDTT ini memang sangat dibutuhkan keberadaannya.
“Rasa percaya diri tersebut harus ditampilkan dengan kinerja yang maksimal, sehingga bukan hanya harapan untuk dibutuhkan, tapi kenyataannya keberadaan Kemendes PDTT memang dibutuhkan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, orientasi ini diikuti oleh 253 peserta yang terdiri dari 233 hasil seleksi CPNS yang digelar Kemendes PDTT dan 20 orang berasal Sekolah Tinggi Akuntansi (STAN). Turut mendampingi Gus Menteri yakni Wamendes PDTT, Budi Arie Setiadi, Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT Taufik Madjid, serta pejabat eselon 1 di lingkungan Kemendes PDTT. (*)
Gus Halim Wanti-Wanti CPNS Kemendes Tak Terjebak Paham Radikal
Editor: Content Writer
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger
Video Pilihan
PDIP Diminta Tak Lempar Kesalahan ke Prabowo soal Kenaikan PPN 12%: Presiden hanya Menjalankan