News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua MPR RI Bamsoet Bicarakan Urgensi Jalan Tengah Perdamaian Dunia

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Catatan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo tentang Urgensi Perdamaian Dunia.

Dalam perspektif yang lebih luas, ketidak-seimbangan ini juga tercermin dari derasnya arus liberalisasi dalam segenap aspek kehidupan, yang mendorong tuntutan pemenuhan hak, namun di sisi lain mengesampingkan pemenuhan kewajiban.

Gambaran lain, laju peradaban dan modernitas zaman yang ditopang oleh lompatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga tidak diimbangi oleh peningkatan moralitas dan kebijaksanaan dalam implementasinya. Yang terjadi adalah, penyalahgunaan kemajuan teknologi untuk mencederai dan melukai, bukan untuk mendorong kemajuan peradaban.

Berbagai gambaran ke-tidak-seimbangan tadi meniscayakan hadirnya langkah terobosan. Di sinilah peran penting dari gagasan Jalan Tengah, untuk mendorong terwujudnya keseimbangan tersebut, untuk meminimalisir, dan sekaligus menjadi solusi, atas terjadinya berbagai krisis global.

Kata kunci dari konsepsi Jalan Tengah adalah toleransi dan inklusivitas. Toleransi mendorong lahirnya sikap moderat dan tenggang rasa, bahwa keberagaman dalam budaya, agama, dan berbagai atribut primordialisme lainnya, tidak menghapus fitrah bahwa kita adalah satu saudara dalam kemanusiaan.

Gagasan Jalan Tengah juga harus dibangun oleh semangat inklusivitas, yang dapat merangkul semua kalangan. Tidak ada satu pun entitas global yang merasa tidak dilibatkan atau terwakili aspirasinya.

Komitmen Global

Setiap tanggal 21 September, lonceng perdamaian dibunyikan di markas PBB. Pada hari itu, aksi kekerasan ditiadakan, dan gencatan senjata diberlakukan. Merujuk pada kondisi dunia saat ini, semestinya lonceng perdamaian tersebut berdentang setiap hari.

Saat ini, ketika kita sedang mendorong komitmen global untuk menjaga semangat perdamaian, di belahan bumi yang lain, konflik bersenjata masih terus berkecamuk.

Tidak hanya perang Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan ratusan ribu korban tewas dan puluhan juta warga mengungsi, melainkan juga di beberapa negara lainnya yang hingga saat ini masih berjibaku menghadapi konflik.

Di Yaman, sejak awal berlangsungnya konflik telah menyebabkan lebih dari 140.000 korban jiwa. Di Ethiopia, perang saudara menimbulkan lebih dari 9.000 kematian, bahkan menurut sumber lain, korban jiwa diperkirakan lebih dari 50.000 hingga September 2021.

Di Afghanistan, pada tahun 2020 saja, jumlah korban jiwa akibat konflik bersenjata mencapai 30.936. Dan di Myanmar, konflik bersenjata sepanjang tahun 2021 telah menyebabkan korban tewas sekitar 11.114 jiwa.

"Di sinilah urgensi untuk menjadikan spirit Forum Perdamaian Dunia sebagai komitmen global. Perdamaian adalah konsep universal yang seharusnya begitu mudah untuk difahami dalam berbagai bahasa. Perdamaian sama bernilainya, baik bagi kita yang bertekad untuk memperjuangkannya, maupun bagi mereka yang 'sedang' melalaikannya. Apa pun alasannya, perang hanya akan membawa kerugian, dan meninggalkan bekas luka dan trauma yang membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkannya. Kita juga tidak boleh melupakan, bahwa perang yang sesungguhnya harus kita menangkan, adalah perang melawan kemiskinan, kebodohan, ketertindasan, serta ketidak-adilan," pungkas Bamsoet.

Akhir kata, Bamsoet menegaskan perdamaian adalah keniscayaan bagi setiap komunitas internasional untuk dapat hidup berdampingan. Perdamaian adalah 'titik temu' yang mengakomodir berbagai arus aspirasi dan kepentingan, karena dunia ini begitu kaya akan keberagaman, yang tidak mungkin dipaksakan untuk diseragamkan.

"Namun kita juga menyadari sepenuhnya, bahwa perdamaian bukanlah sesuatu yang given. Perdamaian harus dihadirkan sebagai komitmen kolektif dan diwujudkan dalam langkah implementatif," tutup Bamsoet. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini