TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan teknologi kultur jaringan untuk meningkatkan kualitas rumput laut. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas bibit rumput laut.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu mengatakan rumput laut merupakan salah satu komoditas utama perikanan budidaya yang menjadi andalan dalam peningkatan produksi, meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Namun dalam pengembangannya kebutuhan bibit rumput laut sangat ditentukan dari ketersediaan bibit dalam jumlah cukup, masif, tepat waktu dan terjangkau, karena salah satu faktor pembatas peningkatan produksi rumput laut adalah ketersediaan bibit rumput laut yang berkualitas.
Hingga saat ini bibit yang digunakan oleh pembudidaya rumput laut sebagian besar masih berasal dari pengembangan vegetatif, dengan cara menyisihkan thalus dari hasil budidaya.
Keterampilan dalam menyeleksi bibit yang baik menjadi pembatas bagi sebagian masyarakat pembudidaya, sehingga hasil produksinya kurang optimal.
Sedangkan dari sisi teknis budidaya, bisnis penyediaan bibit rumput laut masih sangat berpotensi untuk didorong, karena secara teknis metode budidaya rumput laut mudah, murah, umur panen pendek, panen dan pasca panen sederhana, serta menyerap banyak tenaga kerja.
Seiring dengan berkembangnya usaha budidaya rumput laut, maka keberadaan sentra pembibitan atau kebun bibit rumput laut sangat diperlukan dalam rangka mendukung berkembangnya usaha budidaya rumput laut di masyarakat.
Salah satu program prioritas Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP dalam mendukung penyediaan bibit unggul secara berkesinambungan yaitu melalui pemberian paket bantuan Kebun Bibit Rumput Laut kultur jaringan di daerah kawasan pengembangan budidaya rumput laut.
“Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP pada Tahun 2022 melaksanakan kegiatan pemberian paket bantuan Kebun Bibit Rumput Laut kultur jaringan kepada kelompok pembudidaya untuk dapat menjaga ketersediaan bibit rumput laut dengan baik secara kualitas dan kuantitas serta berkelanjutan,” ujar Tebe –sapaan akrab Tb Haeru Rahayu-.
Sementara, menurut Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Sarwono menyampaikan rumput laut kultur jaringan merupakan metode untuk memisahkan atau mengisolasi bagian dari rumput laut seperti sel atau jaringan, serta membudidayakannya dalam lingkungan yang terkendali dan aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri atau beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
“Rumput laut kultur jaringan bisa lebih tahan terhadap penyakit, dan produksinya bisa lebih stabil,” tukas Sarwono.
Dia menjelaskan saat ini BPBL Ambon memiliki target produksi 2 ton bibit rumput laut kultur jaringan, dengan memproduksi plantlet rumput laut kultur jaringan dari BPBL Ambon hingga mencapai 5.000 individu plantlet. Sedangkan, saat ini kebutuhan pembudidaya di wilayah kerja BPBL Ambon mencapai 1,5 ton bibit rumput laut.
Bibit Rumput Laut kultur jaringan yang menjadi konsentrasi KKP juga mulai dirasakan manfaatnya oleh para pembudidaya di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
Salah satu pembudidaya rumput laut dari Kelompok Yawan Ridol Mandiri, di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, Andi Batlayri mengatakan budidaya rumput laut kultur jaringan menurutnya lebih menguntungkan bagi para pembudidaya.
Menurut Andi, secara kualitas, metode penyediaan bibit secara konvensional memiliki beberapa kelemahan, diantaranya ketersediaan bibit yang sangat tergantung dari kondisi alam, adanya potensi penurunan kualitas rumput laut karena pemakaian bibit yang berulang-ulang, umur bibit yang melebihi standar, dan tidak ada perbaikan kualitas bibit.
Belum lagi penggunaan bibit dari alam memiliki permasalahan pada variasi fisiologinya seperti pertumbuhan dan kandungan agar.
“Budidaya rumput laut menggunakan bibit yang diproduksi dari sisa hasil budidaya memungkinkan terdapatnya penyakit dari rumput laut hasil panen sebelumnya, sehingga dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas rumput laut karena pemakaian bibit yang berulang-ulang,” kata Andi.
Tapi, setelah menggunakan bibit rumput laut kultur jaringan, pembudidaya memiliki beberapa keuntungan antara lain menghasilkan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak dari strain yang telah terseleksi dengan karakteristik yang diinginkan. Selain itu, dapat menghindari eksploitasi sumber bibit dari alam secara berlebihan.
“Umur bibit rumput laut yang digunakan dalam budidaya dapat tertelusur sehingga memudahkan dalam memperkirakan waktu untuk memperbaharui bibit. Secara produksi dalam satu siklus kami Kelompok Yawan Ridol Mandiri, mampu mengelola budidaya rumput laut sebanyak 200 longline, dengan hasil panen sekali siklus selama dua bulan sekitar 10 ton, dengan harga jual saat ini Rp30 ribu perkilogram,” kata Andi.