TRIBUNNEWS.COM - Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia (JPRMI), sesuai dengan namanya, harus bisa menjadi bagian dari potensi yang mensinergikan organisasi pemuda, remaja, dan masjid sehingga kehadirannya mampu berkontribusi yang besar untuk melaksanakan risalah Masjid, yaitu hadirnya pribadi2 dan komunitas yang sholih nan unggul sebagai pengejawantahan dari Islam yang rahmatan lil alamin.
Keberadaan organisasi pemuda remaja masjid harus bisa menghadirkan aktivitas yang membawa kesalehan generasi muda Islam sebagai kontribusi bagi kesalehan dan keunggulan generasi muda umumnya, baik generasi milenial maupun generasi Z, yang sekarang ini menjadi mayoritas warga Indonesia. Agar saat memasuki era bonus demografi dampak yang diberikan akan positif, bukan malah bom waktu yang negatif.
Harapan demikian disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA (HNW) saat menerima delegasi PP. JPRMI di Ruang Kerja, Lt.9, Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, 20 Juni 2023.
Delegasi JPRMI yang hadir dalam pertemuan itu Dewan Pendiri Otong Somantri, Ketua Umum Khadrian, Kepala Sekretariat Junaedi, Bendahara Umum Harri Septriadi, serta beberapa pengurus pusat lainnya.
Lebih lanjut HNW mengatakan, jangan sampai dalam era bonus demografi, pemuda dan remaja Islam, mayoritas generasi muda Indonesia, malah jauh dari nilai-nilai masjid. “Jangan sampai mereka terjerat kasus narkoba, berperilaku LGBT, tawuran, dan hanya menghabiskan waktu yang tak produktif bermain games dan media sosial”, ujar Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu. “Bila yang terjadi demikian maka pada tahun 2045 yang terjadi malah bonus demografi yang negatif dan kontra produktif, tak sesuai dengan cita2 proklamasi maupun tuntutan reformasi”tambahnya.
Ditegaskan oleh HNW, pria asal Klaten, Jawa Tengah, maka JPRMI harus menjadi bagian dari kekuatan organisasi di kalangan generasi muda dan remaja yang bisa mengkonsolidasi dan berkontribusi untuk menghadirkan kesatupaduan dan kerja sama yang efektif dengan berbagai organisasi sejenis, seperti BKRPMI (Badan Koordinasi Remaja dan Pemuda Masjid Indonesia) dan DMI(Dewan Masjid Indonesia).
Selain sebagai konsolidator dan kontributor kerja sama dan persatuan, organisasi yang beralamat di Tebet, Jakarta, mestinya juga mementingkan peran untuk menciptakan harmoni dengan komunitas terdekat yaitu Masjid. Agar tidak ada lagi dikotomi atau salah paham antara Remaja dan Pemuda Masjid dengan Pengurus Masjid (DKM) yang biasanya dari kalangan senior dan tokoh masyarakat setempat. Agar harmoni antar generasi dan jemaah masjid benar2 bisa diwujudkan sebagai pembuktian awal serta pengalaman spiritual dan sosial yg penting untuk makin bisa hadirkan harmoni ditingkat yang lebih luas, hingga pada tingkat nasional.
Alumni Pondok Pesantren Gontor itu pada kesempatan bertatap muka dengan para pengurus JPRMI mengingatkan monumentalnya peran generasi muda pada tahun 1920-an. Kelompok kaum terdidik dari generasi muda tersebut mampu mengorganisir kekuatan dan kelompoknya sehingga terjadilah Kongres II Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda. “Mereka para pemuda yang menjadi soko guru yang nantinya pada tahun 1945, menghadirkan Indonesia Merdeka. Peran mensejarah 1 abad yang lalu itu penting untuk jadi spirit dan inspirasi untuk peran mensejarah bagi JPRMI”ungkapnya.
Dari pelajaran sejarah tersebut, HNW berharap agar pemuda remaja masjid tidak hanya berkolaborasi atau bekerja sama dengan organsasi kemasjidan namun juga dengan organisasi di luar masjid, seperti ormas, partai politik, dan kekuatan lainnya. “Bila ini sudah dilakukan maka organisasi pemuda remaja masjid bisa memberikan kegiatan alternatif yang konstruktif pada generasi muda Islam”, tuturnya.
“Dari sinilah tercipta generasi muda yang unggul yang siap melanjutkan estafet kepemimpinan guna menjemput Indonesia Emas Tahun 2045”, pungkasnya.