TRIBUNNEWS.COM - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan kondisi dunia saat ini tengah bergejolak dan penuh ketidakpastian. Hal ini terjadi pada gejolak VUCA yang merupakan akronim dari volatility atau ketidak-tetapan, uncertainty atau ketidakpastian, complexity atau kerumitan, dan ambiguity atau keraguan/ketidak-jelasan. Era VUCA digambarkan dalam bentuk perubahan yang begitu cepat, serta dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit diprediksi dan dikontrol.
"Leader-preneurship menjadi kunci dalam menciptakan perubahan dan inovasi di era VUCA, karena menggabungkan dua elemen penting yakni keterampilan kepemimpinan dan semangat kewirausahaan. Leader-preneurship memadukan kualitas kepemimpinan seperti pengambilan keputusan, visi, dan pengaruh dengan sifat kewirausahaan seperti inovasi, keberanian mengambil risiko, dan adaptabilitas," ujar Bamsoet dalam Kuliah Umum FHISIP Universitas Terbuka, di MPR RI, Rabu (22/11/23).
Baca juga: Ketua MPR RI Bamsoet Terima Penghargaan Best Data and AI Governance Sektor Legislatif
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, Indonesia memiliki banyak leader-preneur muda yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan nasional melalui inovasi, kewirausahaan, dan kepemimpinan. Misalnya, Atta Halilintar, yang menjadi YouTuber, kreator konten, selebritis, dan sekaligus pengusaha muda yang sangat sukses.
Ada juga Diajeng Lestari yang mendirikan Hijup, platform e-commerce yang fokus pada fashion muslim. Hijup tidak hanya membantu desainer dan produsen lokal menjangkau pasar yang lebih luas, tetapi juga mempromosikan fashion Indonesia di kancah dunia.
"Kita juga memiliki Nadiem Makarim. Sebelum menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, beliau mendirikan Gojek, sebuah perusahaan teknologi yang bertransformasi dari layanan ojek berbasis panggilan menjadi salah satu aplikasi super terkemuka di Asia Tenggara. Inisiatif ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja bagi ribuan pengendara tetapi juga memajukan ekonomi digital di Indonesia," sambung Bamsoet.
Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, dalam menghadapi era VUCA, selain ditopang oleh generasi muda, Indonesia juga ditopang oleh berbagai kekuatan lainnya. Antara lain, Lowy Institute, yang merupakan lembaga think tank dari Australia, menempatkan Indonesia sebagai middle power in Asia, yang memiliki peran diplomatic influence untuk terus meningkat secara signifikan dan memiliki comprehensive power yang terus meningkat. Hal tersebut setara dengan 5 negara besar Asia yang lainnya.
Baca juga: Ketua MPR RI Bamsoet Ingatkan Pentingnya Netralitas TNI dalam Pemilu 2024
"Pada saat yang bersamaan, selain konteks politik, Indonesia dalam ranah ekonomi juga mempersiapkan aspek sumber daya manusia untuk mendorong produktivitas nasional dalam kerangka Indonesia Emas 2045. Melalui upaya inovasi, sangat diharapkan pengembangan sektor ekonomi baru muncul sebagai upaya dorongan terhadap pemerataan pembangunan dan memberikan nilai tambah," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, hilirisasi dan ekonomi hijau telah menjadi peluang Indonesia dalam mendorong kemajuan dan memperkuat perekonomian nasional. Sebagaimana disampaikan Presiden RI Joko Widodo, bahwa jika hilirisasi nikel mampu diikuti oleh hilirisasi tambang lainnya seperti bauksit, tembaga, atau produk ekspor lain seperti CPO, rumput laut, dan sebagainya, maka 10 tahun mendatang Indonesia akan menghasilkan pendapatan per kapita sebesar Rp153 juta.
Dalam 15 tahun mendatang, pendapatan per kapita mencapai Rp217 juta, dan 22 tahun mendatang pendapatan per kapita akan mencapai Rp331 juta. Sebagai bentuk perbandingan, bahwa di tahun 2022 sebelumnya pendapatan per kapita Indonesia Rp71 juta. Hal tersebut memproyeksikan bahwa dalam 10 tahun lompatannya mampu mencapai lebih dari dua kali lipat.
Baca juga: Bamsoet Ajak Kader Partai Golkar Terapkan Ekonomi Pancasila Atasi Kesenjangan Sosial Ekonomi
Selain itu, lanjut Bamsoet, kemajuan Indonesia menghadapi era VUCA juga ditopang pembangunan dari pinggiran, desa dan daerah terluar yang mendorong adanya pemerataan ekonomi. Tambahan dana desa sebesar lebih dari 500 triliun sejak tahun 2015 hingga saat ini menjadi salah satu upaya mendorong kemajuan sumber daya lokal yang seringkali tidak tersentuh di tingkat pusat. (*)