TRIBUNNEWS.COM - Inilah bahaya Stunting untuk anak dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Stunting merupakan kondisi ketika balita memiliki tinggi badan di bawah rata-rata.
Kondisi Stunting diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan.
Kasus stunting banyak ditemukan di daerah dengan kemiskinan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah.
Permasalah Stunting, menurut data UNICEF didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan.
Kondisi tersebut terjadi pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu mulai janin hingga anak berusia 24 bulan atau 2 tahun.
Baca juga: Makanan Tinggi Protein untuk Mencegah Stunting: Susu, Daging hingga Telur
Mengutip laman Kemenkes, bahaya stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang.
Simak lebih lengkapnya bahaya stunting, yang menyebabkan dampak jangka pendek dan jangka panjang, sebagai berikut.
Bahaya Stunting
1. Dampak Jangka Pendek
- Anak menjadi sering sakit
Daya tahan tubuh anak dengan kondisi stunting lebih lemah jika dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Dilansir dari genbest.id, anak akan mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Hal itu terjadi karena daya tahan tubuh mereka rendah, maka proses penyembuhan anak stunting menjadi lebih lama.
Baca juga: Perguruan Tinggi Diminta Berperan Aktif Turunkan Angka Stunting
- Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak tidak optimal
Anak yang tumbuh mengidap masalah stunting akan mengalami gangguan perkembangan otak.
Dikutip dari nestlehealthscience.co.id, pengaruh stunting terlihat pada kemampuan kognitif pada anak.
Dalam perkembangannya, anak cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan tersendat.
Semua itu terjadi dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak.
Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami penurunan fungsi intelektual.
Termasuk kesulitan memproses informasi serta susah berkomunikasi.
2. Dampak Jangka Panjang
Baca juga: Harga Telur Melonjak, DPR: UMKM Bisa Terdampak, Ganggu Upaya Turunkan Angka Stunting
- Prestasi belajar anak saat sekolah tidak optimal
Pertumbuhan otak yang terganggu, menyebabkan prestasi belajar anak tidak optimal.
Anak-anak dengan stunting memiliki peringkat rata-rata yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan anak-anak dengan tinggi normal.
Selain itu, anak-anak dengan stunting yang parah memiliki peringkat rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dengan tinggi badan normal.
Penelitian lain juga menunjukkan, anak yang berperawakan pendek memiliki fokus dan tingkat konsentrasi yang lebih rendah sehingga bisa memengaruhi prestasinya di sekolah.
- Produktivitas kerja rendah
Stunting juga berdampak terhadap produktivitas dan performa kerja ketika anak menjadi dewasa.
Ditemukan, orang dewasa dengan tubuh pendek memiliki performa dan produktivitas kerja yang lebih rendah.
Hal ini kemudian menyebabkan penghasilan ekonomi mereka lebih rendah.
Pernyataan ini sesuai dengan keterangan Dokter Ova ketika menjelaskan Stunting.
Guru Besar Bidang Pendidikan Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu mengatakn, stunting dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, ketika berada pada usia produktif.
Mengutip dari laman ugm.ac.id, selama periode 1.000 hari pertama itu terdapat kejadian pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ tubuh.
Menurut Dr Ova, organ utama yang tumbuh dan berkembang adalah otak yang akan memengaruhi kepandaian atau kemampuan kognitif dari sang anak.
- Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
Kekurangan gizi kronis sehingga menyebabkan stunting akan menghambat pertumbuhan otot.
Oleh karena itu, perkembangan tubuh anak pun otomatis lebih lambat dari anak-anak seusianya.
Postur tubuh mereka akan lebih pendek dibandingkan pada umumnya.
- Risiko obesitas dan penyakit lainnya
Dampak stunting anak saat dewasa adalah lebih rentan mengalami penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular tersebut bisa berupa diabetes, obesitas, penyakit jantung, kanker, dan hipertensi.
Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal.
Alhasil pembentukan fungsi sel tubuh dan lainnya tidak sempurna.
Mengingat begitu banyak dampak stunting, maka pencegahan stunting menjadi sangat penting.
Baca juga: BKKBN Sebut Stunting Masalah Gizi Terbesar, Perlu Kolaborasi Semua Pihak
Simak langkah-langkah mencegah stunting pada anak, mengutip dari laman resmi Kemenkes, berikut ini.
Cara Mencegah Stunting pada Anak
1. Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil
Disarankan untuk ibu yang sedang mengandung dapat selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.
Serta suplemen sesuai arahan dokter.
2. Memberi ASI Ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan
Ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif pada anak.
ASI dapat diberikan selama enam bulan kepada sang buah hati.
3. Memberikan MPASI Sehat berdampingan dengan ASI
WHO merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan anak.
Ibu bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI, ketika bayi sudah usia 6 bulan ke atas.
Maka pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.
4. Pantau Terus Tumbuh Kembang Anak
Terutama dari tinggi dan berat badan anak.
Anak dapat dibawa secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak.
5. Jaga Kebersihan Lingkungan
Anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor.
Faktor lingkungan yang buruk secara tidak langsung dapat meningkatkan peluang stunting.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)