Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Agustina N.R
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semua orangtua pasti ingin menginginkan anaknya pintar dan berprestas dalam pendidikan. Orangtua senang jika buah hatinya dapat membaca, menulis, dan berhitung (Calistung).
Tak heran, banyak orangtua yang menyekolahkan dan "memaksa" anak harus bisa calistung saat duduk di pra sekolah. Apalagi beberapa sekolah dasar (SD) mensyaratkan anak yang akan masuk SD harus bisa membaca. Namun ternyata hal itu tak baik bagi kondisi anak.
"Sekarang di TK besar sudah diajari berhitung, saya tidak setuju. Itu harusnya SD, supaya kepala anak tidak "jebol"," ujar Hughes.
Menurut perempuan kelahiran 2 Maret 1971 ini, mendorong anak agar belajar terutama belajar calistung akan mengganggu perkembangannya, bahkan orangtua bisa melewatka masa perkembangan anak yang penuh warna dengan bermain.
"Contohnya anak-anak belum bisa jalan tapi udah diajak lari, harusnya kan merangkak, jalan dengan bantuan, jalan tegak, baru lari," lanjutnya.
Agar anak-anak gembira walaupun belajar, guru, dan orangtua harus menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran juga melihat usia sang anak. Jika anak masih di pra sekolah hendaknya pengenalan huruf dan angka dengan bermain.
"Anak-anak bisa belajar calistung, tetapi dengan metode yang tepat. Misalnya ayo kita lompat, 1, 2, 3. Itu kan namanya berhitung tapi metodenya nggak 1+1 = 2 kan," jelas Duta PAUD non formal dan formal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.