TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Burung mungil yang satu ini belakangan kembali naik daun dan mulai diburu para penggemar burung pekicau. Adalah burung Pleci (Zosterops), khususnya Pleci jenis Auriventer (Zosterops palpebrosus auriventer).
Burung yang secara fisik memiliki warna hijau kekuningan atau kerap disebut hijau zaitun ini sebenarnya memiliki beberapa jenis. Di kalangan para penggemar burung pekicau, sedikitnya ada tiga jenis Pleci yang biasanya dipelihara, yakni, Pleci Montanus (Zosterops montanus), Pleci Buxtoni (Zosterops palpebrosus buxtoni) dan Pleci Auriventer.
Namun, Pelci Auriventer kembali memperoleh tempat di hati penghobi burung pekicau. Menurut beberapa penghobi burung Pak Wito dan Toto Rawi, setidaknya salah satu faktor yang membuat Pleci Auriventer kembali diburu lantaran stoknya di pasaran yang cukup banyak saat ini.
Sementara faktor lainnya dimungkinkan para penghobi terpikat dengan suara Pleci Auriventer yang dianggap lebih ngebas dari jenis Pleci lainnya.
"Rata-rata penggemar burung cari Pleci Auriventer karena tahu kalau ocehannya lebih ngebas, lebih low, mentalnya lebih bagus, kalau ditempel dengan burung sejenis dia mau bunyi, cenderung burung petarung," kata Toto Rawi ditemui Tribun Jogja di lapak burung miliknya yang berada di pasar burung PASTY, Jumat (12/9).
Toto menjelaskan, Pleci Auriventer sebenarnya sudah cukup lama menjadi incaran para penggemar burung, hanya saja, di pasaran lumayan sulit ditemui. Belakangan ini ketika stoknya mulai banyak, para penggemar beramai-ramai memburunya.
Harga seerkor burung Pleci Auriventer memang lebih mahal dibanding jenis Pleci lainnya. Untuk Pleci Auriventer yang tergolong masih bahan dibanderol Rp 125-150 ribu. Sementara untuk yang sudah dijamin jenis kelaminnya jantan seekor bisa mencapai Rp 200 ribuan.
"Pleci Auriventer habitatnya endemik antara lain di wilayah Medan, Aceh, dan Kepulauan Riau. Posturnya memang lebih kecil bila dibanding dengan jenis Montanus atau Buxtoni. Ciri utamanya salah satunya ada di bagian kacamata atau bulu putih yang melingkar pada sekitar mata lebih tebal. Satu lagi bulu bagian dada berwarna abu-abu," ujar Toto sembari menunjunkkan perbedaan yang dimaksud.
Lanjut Toto, burung ini di habitat aslinya gemar berkeliaran di daerah hutan bakau dan pesisir. Setiap mencari makan, mereka cenderung berkoloni. "Burung ini berkoloni, paling banyak enam ekor. Kalau bertemu koloni lain, meskipun sejenis, mereka ngga akan mau bergabung. Pemeliharaannya relatif mudah, sama seperti jenis Pleci lain. Untuk buah bisa diberi pisang, extra foodingnya bisa kroto atau ulat, bisa juga diberi air gula," terang Toto.
Toto menambahkan, di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura bahkan Jepang, burung ini menjadi favorit. Bedanya ketika digelar lomba, sangkar burung tak digantang tinggi lazimnya lomba burung di Tanah Air. "Di Singapura, Malaysia dan Jepang biasa hanya pakai sangkar kecil. Kalau lomba cuman dijejer saja di bawah," imbuh Toto.