TRIBUNNEWS.COM - Kelopak mata yang berkedut, bagi orang, seringkali dianggap biasa. Namun, secara kesehatan, kedutan menjadi tanda ada gangguan di dalam tubuh.
Secara sadar, Ario Wiradharma (23) merasakan, area sekitar kelopak mata berkedut setelah satu hari terlalu banyak mengonsumsi kopi.
Awalnya, dia tidak menyadari sampai dia sakit karena kebanyakan begadang. Saat memeriksakan diri ke dokter, dia mendapatkan pemahaman kedutan terjadi akibat kebanyakan kafein.
"Saya pernah konsultasi ke dokter, kenapa mata saya sering berkedut. Dan dokter menyarankan, mengurangi kafein dan merokok. Dari sana saya tahu, kedutan pada mata yang sering terjadi karena kebiasaan saya begadang mengerjakan tugas kuliah sambil minum kopi," kata Ario.
Memang, pria kelahiran Semarang, 30 November 1991, itu tidak merasakan sakit saat mata kedutan. Ario hanya tidak ingin terjadi hal parah sehingga ia memutuskan mengurangi rokok dan kopi.
"Dari Januari sudah saya coba kurangi merokok. Dan, untuk minum kopi, saya ganti jahe hangat atau teh panas, kalau malam. Memang, kadang masih terasa kedutan, semoga saja tetap sehat," lanjut Ario.
Untuk urusan mitos, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu tidak terlalu percaya. Mata kedutan pertanda akan dapat rezeki atau sedang dikangeni orang baginya tidak terlalu penting.
"Pernah sih, teman bilang begitu. Namun, nggak percaya saja. Secara ilmiah, kata dokter, ada pengaruhnya tadi soal kebanyakan merokok atau minum kopi," lanjutnya.
Hal berbeda diungkapkan Dewi Aprillia (26), dara yang sehari-hari bekerja sebagai accounting itu kerap merasakan kedutan jika duduk lama di depan komputer.
Tugas berkutat pada laporan keuangan yang harus dikerjakan di depan layar monitor komputer diyakini menjadi penyebab.
"Kadang, kalau berlama-lama di depan komputer, mata berkedut. Dan, saat itulah, saya harus istirahat sejenak. Kadang, kalau mata sudah berkedut, saya coba berdiri dan jalan mengambil air minum atau ke depan kantor agar mata tidak tegang terus," lanjut Dewi.
Kelelahan mata memandang layar berjam-jam tersebut disiasati perempuan kelahiran Bandung, 7 Agustus 1988, itu menggunakan tetes mata. Dia juga menjaga jarak mata dengan komputer agar tidak terlalu dekat.
"Pernah juga kedutan saat mata kelilipan dan sedikit bengkak karena iritasi. Saat itu juga merasa mata berkedut. Tidak menambah rasa sakit tapi kurang nyaman saja. Jadi, biar mata tidak bermasalah, saya selalu sedia obat tetes mata di tas," lanjut Dewi.
Dokter umum Ajeng Anugrah Filardini mengatakan, kedutan terjadi karena otot mata lelah dan iritasi di permukaan mata ata sekitar area mata.
"Kedutan juga sering dialami seseorang yang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Hal tersebut dikarenakan melemahnya otot mata," jelas dia.
Pada usia produktif, Ajeng menambahkan, kedutan dipicu beberapa hal. Mulai dari kualitas tidur yang buruk, ganguan saraf motorik, faktor keturunan, sters, dan kelelahan.
Kedutan juga sering ditemui pada seseorang yang sering begadang dan terlalu banyak mengonsumsi kafein.
"Hal itu bisa membebani otot mata. Selain itu, kebiasaan menatap layar komputer juga harus dikurangi. Jika sudah lelah, bisa diselingi mengalihkan pandangan atau memejamkan mata sejenak atau mengompres menggunakan air dingin. Jika kedutan masih berlanjut, segera konsultasi ke dokter syaraf," pintanya. (tribun jateng/cetak/alv)