News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kapan Buah Hati Siap untuk Belajar?

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM - Setiap orangtua tentu ingin anaknya tumbuh cerdas dan berintelek.

Maka tidak mengherankan jika banyak orang tua sudah mulai mendidik buah hatiny sedini mungkin. Tapi sebetulnya, kapan si kecil siap belajar?

Menurut psikolog keluarga Verauli, waktu yang tepat bagi anak untuk belajar adalah ketika mereka memasuki usia dua tahun.

"Karena pada usia ini, mereka sudah mulai bisa berjalan dan berbicara," ujar Verauli saat jumpa pers peluncuran kampanye BebeExplora, Rabu (2/9).

Usia tersebut disebut Vera sebagai "play years" atau masa-masanya bermain. Jadi, orang tua harus menerapkan metode belajar yang fun alias menyenangkan. Cara paling efektif adalah membiarkan buah hati mengeksplorasi langsung segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

"Saat anak bereksplorasi, dia sedang belajar banyak," kata Vera.

Ia mencontohkan, alih-alih mengajari anak mengeja, orang tua sebaiknya mengajak anak bermain mencari huruf tertentu di dalam kata yang dimaksud. Cara ini dinilai lebih efektif karena lebih menyenangkan sehingga tidak membuat anak stres dan tertekan. Jika anak bahagia, mereka akan lebih semangat belajar.

Berdasarkan diagram Thompson & Nelson, kata Vera, perkembangan otak anak sendiri terdiri dari tiga fase, yakni pemahaman suara dan gambar, bahasa, dan kemampuan untuk bereksplorasi. Setiap fasenya memiliki puncak perkembangan tersendiri.

Misalkan, puncak otak anak memahami suara dan gambar adalah ketika baru berusia lima bulan, bahasa saat 7-9 bulan, dan bereksplorasi ketika 1-5 tahun. Masa-masa kritis inilah yang membuat metode belajar sambil bereksplorasi sangat penting untuk diterapkan orang tua bagi anak-anak mereka.

Dengan bereksplorasi, anak diajak untuk belajar mandiri, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan lebih percaya diri. Mereka juga akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan cerdas.

Kunci kesuksesan metode ini terletak pada interaksi dua arah antar anak dan orang tua. Maka itu, peran aktif, orang tua, baik ayah maupun ibu, sangat diperlukan.

"Orang tua harus siap selalu meladeni pertanyaan yang dilontarkan anak-anak atau ajakan mereka untuk bermain," ujar Vera.

Satu tips yang menurut Vera perlu dicatat adalah upayakan untuk bertanya balik jika anak bertanya untuk merangsang otak menggali terus informasi.

Salain peran aktif orang tua, nutrisi yang cukup tentu juga menentukan. Ahli gizi Saptawati Bardosono menegaskan, anak memerlukan energi dan gizi yang tepat agar dapat beraktivitas dan bereksplorasi demi perkembangan kecerdasan dan emosional lebih optimal.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini