Laporan Fikar W Eda | Jakarta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua seniman disain grafis berdarah Aceh, Ahmad Mauladi alias Morenk, dan M Dafi Al Hasballah, sejak setahun terakhir memilih terjun dalam bisnis warung kopi dan pemasok kopi jenis arabika Gayo di Pulau Jawa.
Morenk membuka usaha warung kopi dengan label 'Kopi Pancong Arabika Gayo' di kompleks Kalibata City, Jakarta Selatan.
Sementara M Dafi merintis usaha barunya di Jalan Kaliurang Km 5 Yogyakarta, mendirikan warung kopi 'Kupula Coffee Arabika Gayo."
Warung kopi milik Morenk buka 24 jam. Dalam waktu tak terlalu lama langsung merampas perhatian para penikmat kopi arabika.
Andalan utama Morenk memang seduhan kopi arabika dan sejumlah jenis makanan berat dan ringan dari Aceh, yakni ayam tangkap, nasi goreng, mie Aceh dan lain-lain.
Morenk melengkapi sajian menunya dengan 'pisang goreng singkawang,' dari Kalimantan Barat.
Morenk, 42 tahun, mengkhususkan sajian kopi tubruk arabika dalam dua variasi: kopi pancung dan spesial.
Kopi pancung, sesuai namanya, takarannya lebih sedikit alias "pancung" dan disajikan dalam cangkir kaleng. Sedangkan spesial arabika disajikan dalam cangkir kaca.
"Alhamdulillah bisa terjual 30 kg bubuk atau setara 3000 cangkir kopi per bulan. Morenk juga melayani pembelian bubuk kopi dalam bentuk kemasan, dan kopi biji (green bean).
M Dafi Al Hasballah juga mengandalkan menu utama warungnya dengan kopi arabika Gayo. Saat 'menggebrak' Yogya, Dafi juga memperoleh sambutan positif.
Sejumlah penikmat kopi langsung melirik seduhan kopi Dafi yang disajikan dengan olahan mesin kopi (coffee maker).
Dafi hijrah ke Yogya setahun silam. Sebelumnya ia membuka usaha di Lampaseh Kota, Banda Aceh. Dafi lahir di Banda Aceh, 1977.
"Kupula Coffee" milik Dafi juga tak ketinggalan menyajikan menu khas Aceh "nasi tuna" yang diolah oleh istrinya sendiri.
Tak hanya sampai di situ, Dafi juga merintis usaha pemasok kopi arabika Gayo untuk Yogyakarta. Hasilnya cukup menjanjikan, tiap bulan dia menyuplai 400 Kg kopi biji arabika ke berbagai pelanggan.
"Saya terus berupaya mendapatkan pasar lebih luas lagi di Yogyakarta. Selama ini ada kesan kita kekurangan promosi," kata Dafi.
Baik Dafi dan Morenk mendapatkan pasokan kopi arabika dari Tanah Gayo. Mereka menjalin kerjasama dengan usahawan lokal dan petani.
Morenk dan Dafi Hasballah adalah seniman disain grafis Aceh. Karya-karya keduanya bertebaran di berbagai produk, antara lain kulit buku, kaos, baliho, dan sejumlah media promosi lainnya.
Morenk pernah mendapat pendidikan grafis di Akademi Disain Grafis Yogyakarta, dan IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sementara Dafi juga menjalani sejumlah kursus, termasuk di Singapura.
Keterlibatan keduanya dalam bisnis kopi, awalnya karena kecanduan terhadap kopi arabika. Dafi dan Morenk sampai sekarang tak kuasa membebaskan diri dari kuasa sihir arabika Gayo.
"Kita memiliki sumber daya alam perkebunan yabg luar biasa. Terbaik di dunia untuk aroma dan citarasa. Tapi selama ini kopi Gayo banyak dinikmati di luar negeri. Karena itulah sekarang kita ingin membumikannya di negeri sendiri," kata Dafi. (*)