TRIBUNNEWS.COM – Jangan sepelekan keluhan teman yang merasa hidupnya sangat hancur saat ditinggalkan kekasih.
Secara ilmiah, manusia benar-benar bisa meninggal gegara patah hati.
Saat mendengar kata patah hati, bayangan Anda mungkin adalah sebuah gambar hati berwarna merah yang memiliki retakan di tengahnya.
Itu adalah gambaran paling mudah untuk situasi patah hati. Namun, menurut ilmu kedokteran ternyata patah hati adalah sebuah hal yang jauh lebih serius.
Selama dua dekade terakhir, Atrial Fibrillation (AF) atau sejenis penyakit detak jantung tak normal telah menjadi masalah kesehatan publik yang paling sering dialami.
AF juga menjadi penyebab utama orang-orang perlu mendapatkan penanganan medis di negara-negara Barat.
Setelah diselidiki, kematian pasangan adalah salah satu penyebab munculnya AF yang kronis.
Mulai dari satu hingga 30 hari setelah kematian pasangan, risiko terkena AF bisa meningkat hingga 41% lebih tinggi dari rata-rata.
Risiko tertinggi sendiri muncul pada delapan hingga 14 hari setelah pasangan pergi (90% lebih tinggi dari rata-rata).
Sejak 25 tahun lalu juga dikenal penyakit bernama ‘broken heart syndrome’ atau dalam istilah medis dikenal sebagai ‘stress-induced cardiomyopathy’.
Penyakit yang juga dikenal dengan nama ‘Takotsubo cardiomyopathy’ ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1990 dan sekarang sudah dianggap sebagai penyakit medis yang riil.
Jadi, Anda memang bisa mengalami patah hati dalam arti yang sesungguhnya.