TRIBUNNEWS.COM - "Habis gelap terbitlah terang" mungkin itu yang teringat dibenak bangsa Indonesia atas jasa RA Kartini untuk emansipasi wanita.
Kini, cita-cita beliau agar wanita bisa bersaing dengan kaum laki-laki tergambar dari sosok para pengemudi taksi Blue Bird.
Tanpa rasa malu, para supir taksi itu tidak hanya memiliki keterampilan mengemudikan kendaraannya secara mahir.
Melainkan, mereka juga memiliki keahlian berkomunikasi dalam berbagai bahasa untuk meningkatkan pelayanan terhadap para pelanggan.
Dyah WR (45), pengemudi wanita Silver Bird sejak tahun 2012 lalu bergabung dengan taksi yang identik dengan warna biru muda.
Jatuh dari usahanya, ibu dari dua orang anak itu akhirnya bangkit dari keterpurukan.
Dia memilih untuk menjadi pengemudi Taksi Blue Bird agar bisa membantu keuangan keluarganya.
"Waktu itu saya bangkrut dari usaha. Kemudian, teman ada yang ngajakin menjadi pengemudi bus Transjakarta. Namun, saya lebih memilih menjadi pengemudi Blue Bird karena lebih enak ada uang hariannya," kata wanita berambut sebahu itu, Kamis (21/4/2016).
Setiap harinya, dia mengangkut penumpang yang bisa dibilang menengah ke atas.
Segala suka dan duka selalu dilalui oleh Dyah saat menjadi pengemudi taksi. Namun, dia hadapi semuanya itu dengan senyum.
"Dukanya itu pernah diomelin customer karena ngga tau jalan. Kalau senangnya kadang dikasih tips. Penumpang Silver Bird kebanyakan orang asing. Jadi dikasih tips Dollar dan Poundsterling," tutur dia.
Kini dia memiliki keahlian bahasa yaitu Inggris dan Jepang. Karena kebanyakan pelanggan adalah selalu mengajak berkomunikasi dengan pengemudi. Alhasil, dengan pelayanan yang baik membuat customer menjadi nyaman.
"Kita wanita Kartini masa kini. Wanita tidak kalah dengan kaum lak-laki. Karena bisa membantu ekonomi keluarga," tutur dia.
Bahkan, saking mendapatkan banyak kelebihan dari Blue Bird, dia mengajak puteri pertamanya, Novaria Agita Sari (23) untuk menjadi pengemudi taksi Blue Bird.