TRIBUNNEWS.COM, BEIJING- Alex He baru saja terlihat keluar dari sebuah pusat perbelanjaan dengan membawa banyak tentengan.
Hari itu Alex menghabiskan duit senilai US$ 3.000 atau sekitar Rp 40,5 juta untuk membeli sejumlah produk sporty, termasuk sepatu Adidas dan kemeja merk Under Armour.
Pria 29 tahun ini sehari-hari bekerja di industri keuangan dan bermukim di Beijing.
"Dulu saya mengoleksi barang mewah, tapi setahun terakhir saya lebih banyak membeli merek sport karena lebih nyaman dan trendi,” tutur Alex dikutip Bloomberg.
Alex merupakan satu dari sekian banyak konsumen kaya China yang mulai beralih selera dari merek luxury menjadi sporty.
Padahal selama ini China merupakan surga bagi produsen mahal.
Konsultan Bain & Company menyebutkan, pasar China menyumbang 30 persen terhadap total penjualan barang mewah di seluruh dunia. Tapi, selera kaum tajir China mulai susut.
Berdasar hitung-hitungan Bain, pasar barang mewah China mencapai US$ 17,3 miliar di 2015, susut 2% ketimbang di 2014.
Soal & Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA Halaman 116 : Menemukan Arti Kosakata dengan KBBI
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Hal 101: Apa arti kosakata 'Mantra' dengan menggunakan KBBI?
Gerai sepatu Adidas di Kota Beijing
Pergeseran selera konsumen tajir China tak lepas dari kampanye President Xi Jinping.
Beberapa tahun terakhir, Jinping gencar mendorong konsumen mengurangi pembelian barang mewah semisal Pernod Ricard, Hugo Boss dan BMW karena kerap digunakan sebagai sogokan alias upeti kepada para pejabat Pemerintah China.
Faktor lainnya, kesadaran berolah raga tengah tumbuh di masyarakat China.
"Kami melihat ada kenaikan signifikan jumlah partisipasi dalam acara lari dan olahraga lain," ujar Colin Currie, Managing Director Adidas di China.
Bertambahnya selera konsumer kaya berimbas terhadap penjualan produk olahraga.