Karyanto menjelaskan bahwa pada 2014 lalu, Danone-AQUA telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan KLHK untuk komitmen menanam 1.200.000 pohon hingga 2021.
MoU ini kemudian diturunkan dalam kerjasama dengan Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) di 19 lokasi Aqua di Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi.
“Kami berkomitmen mengimplementasikan MOU tersebut, sejak 2015, kami mulai menerapkan model tanam pohon 100% tumbuh dan melengkapinya dengan pemetaan, barcoding dan monitoring berbasis database online. Hal ini efektif untuk menentukan perlunya penyulaman tanaman di lokasi tertentu dan melihat pertumbuhannya.
2,4 juta pohon termonitor tumbuh dan dapat dipantau lokasi, jenis pohon, usia tanam dan koordinat titiknya," jelasnya.
Selain penanaman pohon, kegiatan konservasi yang dilakukan Danone-AQUA meliputi pembuatan lubang biopori, pembangunan embung, dan pembangunan sumur resapan. Saat ini, Danone-AQUA telah membuat 33.448 lubang biopori, 16 embung untuk tangkapan air hujan dan 913 sumur resapan. Selain itu, Danone-AQUA juga mengembangkan beberapa model konservasi yang inovatif diantaranya: Program Hutan Asuh dan Agro Forestry di Lereng Gunung Arjuno; Model Konservasi Pancawati di Ciherang, Bogor; dan Agro-Forestry di Cidahu, Mekarsari.
“Khusus untuk Mekarsari Sukabumi, tepatnya di sub DAS Citatih, saat ini tengah dilakukan pemodelan SWAT (Soil Water Analysis Tools) untuk mengetahui berapa banyak air yang telah dimasukkan kedalam ekosistem melalui kegiatan konservasi. AQUA juga tergabung di Gerakan Rejoso Kita, yang baru-baru ini mengenalkan Lelang Konservasi sebagai skema baru imbal jasa lingkungan (Payment for Environmental Services), dengan melibatkan ratusan petani di wilayah hulu dan tengah dari DAS Rejoso,” demikian Karyanto.