Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak seperti dari negara asalnya Timur Tengah, peminat abaya di tanah air masih minim.
Setidaknya itulah yang dirasakan desainer modest-wear Vivi Zubedi.
Dengan potongan sederhana, longgar atau pakaian yang lebar masih dianggap sebagian pecinta fashion lokal bukanlah kostum yang ready-to-wear, dan ribet dikenakan saat berpergian.
Baca: Perjalanan Vivi Zubedii Jadi Desainer Fashion Muslim, Rancangannya Tembus New York Fashion Week
"Tahun 2011-2012 aku rugi. Dulu jual Abaya katanya orang juga bingung pakai kemana," kata Vivi saat menjadi pembicara di Hijup Ramadan Festival, Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (26/5/2018).
Tak lantas menyerah karena belum bisa mengikuti arus pasar yang saat awal-awal karirnya di dunia fashion banyak yang melirik Kaftan atau gamis, Vivi tetap fokus mendedikasikan dirinya membuat abaya.
Vivi nekad terus mencari model kekahasan dalam busana yang dideseainnya.
Tangan dingin Vivi mampu menyulapnya.
Baca: Miss Universe 2017 Puji Hijab Rancangan Desainer Vivi Zubedi di New York Fashion Week 2018
Meski karena abayta, ia sempat mengalami kerugian sebab belum menemukan ciri khas produknya.
Vivi pun cari cara strategi baru. Hingga akhirnya menantu mantan Guibernur Kalsel Rudy Arifin ini pun menemukan trik yang bisa mengangkat abaya di pasar fashion Indonesia.
"Setelah dilihat, ternyata masyarakat Indonesia suka motif etnik dan vintage. Inilah yang ku angkat," ungkapnya.
Perjuangan Vivi pun berbuah hasil. Koleksinya semakin banyak diminati.
Tak hanya itu, Vivi berhasil mencuri perhatian pecinta fashion dunia berkat koleksi Abayanya di New York Fashion Week pada September 2017 lalu.
Koleksinya yang bertajuk "Makkah, Madinah, Jannah" dipamerkan di ajang peragaan busana bergengsi, New York Fashion Week, disandangkan dengan karya desainer dunia lainnya.