Ia mencoba sekali lagi tapi kartu ATM nya malah tertelan.
Linh tak punya pilihan lain selain ke bank membawa surat-surat kematian ibunya dengan maksud mengambil uang itu.
Namun ternyata, sang ibu memutuskan untuk tidak memberitahukan informasi pribadi pada siapapun, termasuk anaknya.
Meski bank mengeluarkan kembali kartu ATM ibu Linh, Linh harus kembali berpikir keras tentang PIN.
PIN itu pasti kombinasi angka yang mudah diingat ibunya.
Tiba-tiba, Linh teringat sesuatu.
Linh teringat hari pernikahannya, hari di mana ibunya berkata bahwa ia amat bahagia.
Di hari itu pulalah sang ibu terus berkata pada suami Linh agar terus menjaga putrinya.
Linh kemudian mencoba memasukkan tanggal pernikahannya.
Ternyata berhasil.
Linh tidak bisa menahan air matanya.
Terlebih lagi setelah ia menikah dan sibuk dengan pekerjaannya, Linh jadi jarang pulang ke rumah.
Menelepon ibunya saja sudah jarang.
Namun, ibunya masih terus menyayanginya dan bahkan menjadikan tanggal pernikahan Linh sebagai sesuatu yang penting.