News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Vita Pudding Ajak Keluarga Indonesia Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadan

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Head of Corporate and Marketing Communication OT Group Harianus Zebua (kiri),

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat bulan Ramadan, banyak keluarga menyajikan suguhan istimewa baik pada saat sahur maupun berbuka.

Umumnya, sajian tersebut bercita rasa manis dan pudding adalah salah satunya.

Bagi sebagian keluarga, pudding merupakan menu favorit untuk sajian penutup.

Pudding sebenarnya dapat dikonsumsi kapan saja, rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut banyak disukai oleh anak-anak hingga orang dewasa.

Di awal tahun 2018, OT Group melalui merek Vita Pudding. melakukan rejuvinasi terhadap produknya.

“Kami tahun ini merejuvinasi produk Vita Pudding, baik ingredients maupun teknoiogi pengotahannya," kata Harianus Zebua, Head of Corporate and Marketing Communication OT Group, diseIa-seia acara talkshow “Share The Goodness With Wta Pudding”, di JCC.

Vita Pudding mengandung vitamin D dan Kalsium, sehingga sangat baik bagi pertumbuhan anak. Juga teknologi Aseptik yang digunakan membuat Vita Pudding 100% bebas bakteri, sehingga bisa bertahan di suhu ruangan tanpa menggunakan bahan pengawet.

Semenatara Artika Sari Devi mengaku memperhatikan kualitas makanan atau jajanan yang dikonsumsi oleh buah hatinya.

“Saya adaiah tipikal orang tua yang cukup ketat dalam memilih makanan yang berkualitas buat anak," katanya.

Putri Indonesia tahun 2004 yang memiliki dua orang putri ini mengatakan, makanan atau jajanan yang mereka konsumsi harus sehat dan aman. Terutama bebas dan bahan pengawet.

"Karena itu saya sangat senang dengan kehadiran Vita Pudding yang diolah menggunakan teknologi Aseptik ini," katanya

Talkshow ini juga memaparkan temuan penelitian dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014 tentang situasi “Pangan Jajanan Anak Sekolah”.

Penelitian tersebut menemukan bahwa 24% jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat (TMS). Umumnya jajanan TMS tersebut mengandung bakteri melebihi ambang batas, serta menggunakan pewarna tekstil, yang tentunya sangat membahayakan jika dikonsumsi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini