TRIBUNNEWS.COM - Besok, penanggalan Hijriah menunjukkan 9 Muharram. Umat muslim disarankan menjalankan ibadah puasa sunah di hari itu.
Puasa Tasu'ah ddijalankan pada 9 Muharram. Kemudian keesokan harinya, pada 10 Muharram puasa Asyura juga dianjurkan.
Tanggal 9 dan 10 Muharram itu di dalam kalender Maserhi jatuh pada Rabu 19 September 2018 dan Kamis 20 September 2018.
Dua puasa sunnah ini memiliki riwayat dan keutamaan yang agung.
Karena kemuliaan itu, banyak umat Islam yang saling mengingatkan untuk tidak melupakan amalan yang disebutkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Di media sosial tersebar banyak gambar yang berisikan tangggal Puasa Tasu'ah dan Asyura, berikut tanggal Masehi-nya.
Bahkan banyak juga imej yang menyertakan faidah dan keutamaan dua puasa sunnah di bulan Muharram itu.
Dalil yang mendasari amalan puasa Tasu'ah di tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura di tanggal 10 Muharram adalah riwayat yang disebutkan oleh Abu Qotadah Al Asnhoriy.
Dikutip dari grup kajian sunnah, disebutkan, dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Lalu, Rasulullah Muhammad SAW juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura?
Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim no. 1162).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah) sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut.
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.”
Lantas beliau mengatakan,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.”
Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.”
(HR. Muslim no. 1134).