TRIBUNNEWS.COM – Bulan Muharram dipercaya umat muslim sebagai salah satu bulan mulia saat yang tepat menabung pahala untuk bekal di akhirat nanti.
Salah satu momen yang kerap disayangkan jika tak melakukan amalan sunah sesuai tuntunan Rasululah adalah saat 9 dan 10 Muharram di kalender Islam.
Pada penanggalan Masehi, dua hari itu bertepatan dengan 19 September hari ini dan 20 September 2018 besok.
Dua hari ini umat muslim dianjurkan menjalankan dua puasa sunah bertepatan dengan 9 dan 10 Muharram di penanggalan Hijriah.
Namun tahukah umat muslim ternyata ada pahala lain yang bisa kita rengkuh saat dua hari istimewa itu. Apakah itu?
Selain berpuasa, menyantuni anak yatim juga sangat dianjurkan dilakukan di 10 Muharram atau 10 Asyura.
Menyantuni anak yatim memang tak perlu menunggu bulan Maharram. Namun bila dilakukan di hari Asyura (10 Muharam), maka Allah akan mengangkat derajatnya.
“Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim, di hari Asyuro’ (tanggal 10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.”
“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5304). Artikel ini dikutip dari NU Online
Baca: Malam Tadi Lupa Niat, Pagi Ini Belum Makan dan Minum, Masih Bolehkah Puasa Sunah Tasua 9 Muharram?
Ganjaran Puasa Tasua dan Asyura
Anjuran ini pun ramai-rami diviralkan umat muslim. Di media sosial, banyak netizen saling mengingatkan ganjaran pahala yang didapat jika melaksanakan dua puasa di bulan Muharram ini.
Puasa tasu'a pada 9 Muharram dan puasa Asyura pada 10 Muharram 1440 Hijriyah ini.
Dua ibadah sunah ini menurut penjelasan para ulama, bulan muharram merupakan salah satu bulan yang paling mulia selain bulan ramadhan.
Dikutip dari situs Nahdlatul Ulama Indonesia, Puasa Asyura dan Puasa Tasu’a dilaksanakan berurutan.
Anjuran berpuasa anjuran untuk puasa Tasu’a pada 9 Muharram dan puasa Asyura 10 Muharram dianjurkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam” (HR. Muslim)
Puasa Asyura, adalah puasa yang dianjurkan dan pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau yang diriwayatkan Muslim
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah?
Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162).
Demikian dengan puasa Tasu’a
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“”Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharam).”
Ibnu Abbas mengatakan,
فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.” (HR. Muslim no. 1134/2666)
Bagaimana Kalau Lupa Niat Pada Malam Hari?
Tentunya, sebelum melakukannya maka kita mengucapkan niat.
Berikut ini contoh lafadz niat puasa Tasu‘a.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan contoh lafadz niat puasa sunah Asyura sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Bagaimana kalau kita lupa niat pada malam hari?
Orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunah puasa Tasu’a atau Asyura diperbolehkan berniat sejak ia berkehendak puasa sunah.
Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut madzhab Syafi’i).
Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.
Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Tasu’a atau Asyura di siang hari. Berikut ini lafalnya.
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.
Adapun penjelasan berikut mengapa umat islam dianjurkan untuk melaksanakan puada tasu’a dan puasa asyura pada bulan Muharram seperti dikutip Banjarmasinpost.co.id dari berbagai sumber.
(Banjarmasinpost.co.id/noor masrida)