TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menanggapi peringatan Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober, sejumlah keluhan nyata masih dirasakan oleh para pengrajin batik.
Satu di antaranya ialah Ummu Asiyati, pengrajin batik tulis asal Kudus tersebut mengungkapkan keluhan dan harapannya kepada pemerintah.
Wanita yang sudah sepuluh tahun menggeluti bidang batik tulis ini memiliki harapan yang besar kepada pemerintah untuk lebih luas lagi membuka pemasaran batik tulis agar produksi semakin meningkat.
Hal itu ia ungkapkan kepada TribunJakarta.com saat dirinya turut serta dalam pameran batik di east mall Grand Indonesia, Senin (1/10/2018).
Menurutnya, dengan sudah diakuinya batik sebagai warisan budaya Indonesia namun nyatanya masih belum bisa membuat pemasaran batik lokal meluas.
"Sebagai pengrajin kami inginnya pemasaran dari produk lokal itu diperluas karena kan percuma juga kalau produksi banyak tapi penjualannya kurang meluas," ujar Ummu Asiyati, Senin (1/10/2018) di Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Ia juga menambahkan bahwa adanya edukasi mengenai produksi batik khususnya dikalangan milenial juga menjadi hal yang penting.
"Edukasi tentang batik juga kalau bisa makin diperbanyak biar batik bisa lebih moderen dan bisa diterima generasi muda dari segala usia," kata dia.
Maraknya produksi batik printing juga disampaikan oleh Ummu menjadi tantangan tersendiri bagi para pengrajin daerah.
Menurutnya, dengan perbandingan harga yang sangat jauh berbeda juga berpengaruh pada kuantitas penjualan yang akhirnya menurun, karena biaya produksi batik printing sendiri memang lebih dibilang terjangkau dan cepat prosesnya dibanding batik tulis.
Ummu juga berharap melalui pameran kain batik yang ia ikuti hingga 14 Oktober 2018 bisa sekaligus mengenalkan beragam kearifan lokal budaya Indonesia khususnya batik Kudus.
Penulis: Anisa Kurniasih
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Hari Batik Nasional, Ini yang Diharapkan Pengrajin kepada Pemerintah