Sosok Eli, begitu ia disapa, setiap hari selalu berjuang melawan teriknya Candi Borobudur dalam balutan kostum badut.
Namun siapa sangka, profesi inilah yang menjadikan Eli dikenal kalangan ibu-ibu sekitar Candi Borobudur yang mayoritas adalah pedagang.
“Memang tantangannya adalah memperkenalkan sistem Arisan Mapan karena sebagian besar ibu-ibu sudah biasa dengan sistem kredit yang barangnya diterima di awal. Lalu apa bedanya Arisan Mapan sama yang lainnya kalau kata mereka,” cerita Bu Elisabeth.
Ternyata, ini tidak membuat Bu Eli putus asa.
“Begitu anggota saya dapat panci di kocokan pertama, saya langsung bawa keliling Borobudur untuk meyakinkan ibu-ibu dengan kualitas barang yang akan mereka dapatkan. Tapi masalahnya nggak berhenti sampai situ, pendapatan kita disini kan tidak menentu setiap bulannya, belum tentu ada uang saat waktunya bayar arisan nanti,” ungkapnya.
Eli percaya setiap tantangan pasti ada jalan jika punya niat baik dan mau berusaha.
Setiap hari Eli mendatangi anggotanya satu per satu untuk mengumpulkan tabungan Rp2000 – Rp10.000 dari penghasilan harian yang mereka terima.
Tak perlu repot lagi membayar uang arisan saat jatuh tempo nanti, kini, hampir semua komunitas ibu-ibu pedagang di Candi Borobudur bisa mengisi kebutuhan lewat Arisan Mapan.
Tatik: Si Guru Biologi yang Tanamkan Semangat Wirausaha Sejak Dini
Passion Tatik untuk belajar dan berbagi ilmu ternyata tidak hanya membuatnya sukses sebagai Guru Biologi, yang juga merangkap sebagai Pengajar Prakarya dan Kewirausahaan di salah satu SMA negeri di Solo selama 18 tahun.
Berbekal semangat berbagi inilah, ia menularkan kepada murid-muridnya agar terus berjuang dan menciptakan peluang baru bagi lingkungan sekitar.
“Saya percaya ilmu adalah jendela untuk melihat dunia yang lebih luas. Walaupun bukan di kota besar, tapi saya nggak mau semangat murid-murid dalam belajar menjadi surut. Sering saya bilang, kalian semua nanti harus mandiri, akan lebih baik lagi kalau kalian yang menciptakan lapangan kerja untuk orang lain nantinya. Tidak bermaksud untuk tinggi hati, saya juga cerita gimana sampai di usia saat ini saya masih bisa bantu orang lain mewujudkan impian lewat Arisan Mapan, ternyata banyak yang tertarik juga,” terangnya.
Dengan sangat antusias, Tatik menceritakan pengalamannya mengajak lebih dari 300 anggota bergabung dengan Arisan Mapan.
“Pengalaman mengajar kewirausahaan buat saya sadar dengan yang namanya kemandirian.Apalagi kita sebagai perempuan ya harus bisa mandiri, jangan bergantung pada orang lain. Saya ingin perempuan lain di sekitar saya juga bisa mandiri. Lalu, dengan adanya teknologi ya kenapa tidak untuk kita manfaatkan. Alhamdulillah, dengan bekal keyakinan banyak yang terinspirasi untuk jadi Ketua Arisan dan mewujudkan impian keluarganya,” cerita Bu Tatik.