TRIBUNNEWS.COM – Kepopuleran olahraga lari tak dipungkiri semakin digandrungi banyak kalangan. Tak hanya generasi muda saja, olahraga satu ini ternyata juga digandrungi oleh banyak generasi tua.
Salah satunya seperti yang dilakukan Imawan (77). Walaupun sudah tak bisa dibilang muda lagi, ia mengaku rutin mengikuti marathon.
“Saya rutin ikut marathon, dan tiap tahun saya selalu mengikuti acara marathon ini,” ujar Irmawan yang ditemui pada cara Mandiri Jogja Marathon 2019. Dari empat kategori yang ada, yakni 5K, 10K, Half Marathon, dan Marathon, Imawan ikut pada kategori 10K.
Tak hanya orang tua dari kalangan biasa saja, olahraga lari pada generasi tua juga dilakukan para pejabat.
Salah satunya Menteri BUMN Rini Soemarno (60). Ditemui pada acara yang sama, Rini mengungkapkan jika berlari untuk bergaya.
“Yang penting gayanya dulu dong. Sebelumnya memang tidak ada latihan khusus. Pokoknya lari saja,” ujarnya kepada wartawan.
Rini menjelaskan jika sudah kali ketiga ini dirinya ikut serta dalam pagelaran Mandiri Jogja Marathon.
Tak hanya sekedar tren pada kalangan tua dan muda, senada dengan perkataan Rini, olahraga lari kini telah menjadi sebuah ajang ‘gaya’, bahkan menjadi ajang bersosialisasi, eksistensi diri, hingga wadah perkenalan budaya lokal.
Hal ini setidaknya terjadi pada ajang Mandiri Jogja Marathon 2019. Tak hanya menjadi ajang olaharaga saja, salah satu program sportourism ini juga menjadi ajang untuk bergaya, bersosialisasi dan mengenal budaya lokal Yogyakarta.
Ini terlihat dari komposisi acara yang tak hanya sekedar berlari, tetapi membuat pesertanya ketika berlari bisa melihat pemandangan alam indah di sekitar Candi Prambanan, pertunjukan seni tradisional, hingga hadirnya water sprinkler yang buat lomba marathon ini terasa berbeda.
Pada Mandiri Jogja Marathon 2019 ini para pelari pun bisa menikmati sajian kuliner lokal, serta pertunjukan musik dari GAC dan Jogja Hiphop.
Selain menarik minat para pelari berusia tua, banyak generasi milenial dan pelari dari luar negeri yang turut serta pada kegiatan ini.
Pelari asal Kenya, Stephen Munghatia Mugambi, tampil sebagai juara pertama kategori full marathon open pria dengan catatan waktu 2 jam 25 menit 48 detik.
Diikuti dua pelari asal Kenya, Daniel Gekara di posisi kedua dengan catatan waktu 2 jam 30 menit 11 detik dan Muindi Onesmus Muasya di tempat ketiga dengan catatan waktu 2 jam 31 menit 30 detik.
Pada kategori half marathon putra, pelari asal Kenya memuncaki podium juara. Charles Munyua Njoki menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 1 jam 13 menit 17 detik. Disusul oleh Welman D Pasaribu di peringkat kedua dan Amri Wahyudin di peringkat ketiga.
Untuk half marathon putri, peringkat pertama ditempati Odekta Naibaho dengan catatan waktu 1 jam 22 menit 29 detik, disusul Afriana Paijo pada peringkat kedua dan Yanitasari Yanita di peringkat ketiga.
Sedangkan di kategori 10K putra, peringkat pertama diduduki oleh James Karanja dengan catatan waktu 32 menit 20 detik, di peringkat kedua adalah Pandu Sukarya dan Fajar Hidayat menduduki peringkat ketiga
Pada kategori 10K putri, peringkat pertama ditempati Pretty Sihite dengan catatan waktu 39 menit 53 detik dan Elisabeth Wanza di peringkat kedua serta Qurrotul Farida di peringkat ketiga.
Sementara pada kategori 5K, untuk kelompok putra, peringkat pertama diraih Syamsuddin Massa dengan catatan waktu 16 menit 11 detik dan Ravi Putra serta Muh Alwi Bashori masing-masing di peringkat kedua dan ketiga.
Untuk kelompok putri, peringkat pertama diduduki Mahardika Manik dengan catatan waktu 19 menit. Di peringkat kedua ditempati Zolanda Riva Ngesti dan peringkat ketiga adalah Raden Roro Devina.
Beragamnya peserta Mandiri Jogja Marathon 2019 di atas pun membuktikan, jika kini olahraga lari dan mengikuti pertandingan marathon tak hanya digandrungi anak muda saja, tetapi juga orang tua yang tak hanya berasal dari Indonesia tapi seluruh orang di penjuru dunia.
Penulis: Firda Fitri Yanda