TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak yang menganggap berteman dengan binatang adalah sesuatu hal yang sangat menyulitkan.
Terlebih jika binatang tersebut adalah dari kalangan reptil seperti ular, biawak, kura-kura dan sebagainya.
Namun seiring perkembangan jaman, eksotisnya hewan-hewan tersebut membuat anggapan dari menakutkan menjadi hal yang justru menarik.
Hal tersebut seperti dikatakan oleh drh Yulyani Dewi, seorang dokter hewan. Ya, dokter hewan yang tertarik dengan binatang-binatang reptil ini menjelaskan bahwa memelihara hewan tersebut bukan lah sesuatu hal menakutkan.
“Kalau di tahun 80-an sampai 90-an mungkin saja iya karena kurangnya edukasi tentang reptile. Tapi seiring berkembangnya jaman, memelihara reptil seperti gaya hidup.
“Lihat saja itu (Sambil merujuk ke sejumlah wanita dan anak-anak yang ada di sekitarnya), nggak menakutkan kan. Saya bahkan pernah mendapatkan.
Baca: Tipe Wanita Idaman Pria Berdasarkan Zodiaknya, Gemini Suka Wanita Humoris, Leo Suka yang Tegas
Berdasarkan catatan kehadiran pasien di klinik Pet Care yang berada di Jakarta Selatan, 30%-nya adalah jenis reptil selain tentunya mayoritas adalah hewan domestik seperti anjing dan kucing.
Drh Yulyani Dewi sebagai dokter di Pet Care memang memiliki special interest terhadap dunia reptil.
Harapannya ia dapat berkontribusi dalam memajukan dunia pereptilan di Indonesia terutama di bidang pengobatan, bedah, dan konservasi.
Ia juga sangat senang dengan adanya kontes reptil yang diadakan di Indonesia tiap tahun.
Ya, pada kesempatan tersebut Yuly mendapatkan kesempatan bekerjasama dengan Reptil Inc dan Paguyuban Keluarga Besar Reptil Jabodetabek menyelenggarakan Reptile United 2019 Expo dengan tema “Unity in Diversity” dengan acara utama Kontes Reptil Battle of Julecko. Kontes diselenggarakan di Mangga Dua Square, GF Floor Hall A belum lama ini.
Kontes ini terbagi dalam tiga kelas yaitu Leopard Gecko, 4 Legs Reptiles, dan Legless Reptiles.
Baca: Buaya Berkalung Ban yang Hebohkan Kota Palu, Ditemukan Terjebak Perangkap Ikan di Donggala
Ketiga kelas ini terbagi lagi menjadi beberapa kategori. Hadiah kontes berupa uang tunai dengan doorprize motor dari Benelli.
“Menurut saya, kontes ini sangat positif untuk memajukan dunia pereptilan di Indonesia. Di mana setiap perserta kontes akan terpacu untuk menampilkan reptil-reptil terbaiknya, baik dari segi kesehatan, warna atau morph, dan kejinakan. Selain itu kontes juga sebagai ajang gathering dan tukar pikiran sesama pencinta reptil,” ujar drh Yulyani Dewi.
Tren di masyarakat
Reptil yang asli negeri ini sangat tinggi populasi.
Hal ini membuat mendapatkan reptil seperti itu sangat mudah dibandingkan negara-negara lain yang tidak memiliki kekayaan populasi seperti Indonesia.
“Contohnya adalah Singapura, Jepang dan lainnya. Di sana sangat-sangat terbatas. Harganya pun jauh lebih mahal dibandingkan di sini,”ujarnya.
Melihat keragaman di Indonesia, mereka lantas mencari tahu reptil dari negara lain.
Mereka seperti berlomba-lomba menggali informasi sebanyak mungkin hingga mendapatkan jenis lain yang memiliki keunikan tersendiri.
”Tapi harga yang ditawarkan juga berbeda,” katanya.
Terkait perbedaan tersebut,pemeliharaannya juga berbeda.
Tapi Yulyani menyarankan agar masyarakat yang ingin memelihara reptil mengetahui jenis nya terlebih dahulu.
”Kalau sudah tahu jenisnya maka untuk pemeliharaan nggak susah-susah amat,” lanjutnya.
Kesusahan tersebut harus tahu ukurannya.
“Jangan sampai ingin pelihara yang medium ternyata dapat anakan yang akan besar dan tolong perhatikan rumahnya. Apakah mendapatkan sinar matahari yang cukup,” katanya.
Selain itu usahakan mendapatkan reptil yang sudah bisa beradaptasi dengan iklim dan lingkungan Indonesia.
”Kalau mau yang sehat cari yang dari ternakan. Jangan cari yang dari alam karena mereka susah beradaptasi. Kalau sudah seperti itu nanti akan cepat drop dan sakit,” jelasnya.
Di sini ia menjelaskan tentang fungsi adanya dokter hewan.
Sayangnya masih banyak yang mendatang dokter hewan dan membawa binatang kesayangannya di saat binatang tersebut sudah sakit parah.
“Kehadiran klinik khusus hewan tidak hanya melayani pengobatan, tapi juga konsultasi dan checkup. Saya lebih sudah dengan mereka yang datang membawa peliharannya ketika sehat untuk checkup ataupun sekedar konsultasi terkait perawatan yang baik untuk peliharaannya,” jelasnya.
Ia juga menyarankan intensitas kunjungan dilakukan secara bertahap.
Mulai dari pertama kali beli atau memiliki binatang 1 bulan sekali, 2-3 sebulan sekali atau bahkan satu tahun sekali bilamana binatang tersebut sudah sehat dan mampu beradaptasi dengan baik di lingkungannya.
Yulyani menjelaskan, reptil adalah binatang yang unik.
Metabolisme yang lambat membuatnya memerlukan waktu yang lama untuk memperlihatkan gejala sakit dan bahkan pengobatan atas penyakitnya
Unik lifestyle.
Tiap tahun jumlah pecinta reptil kian bertambah. Hal ini juga didasari adanya selebriti yang memiliki hobi memelihara reptil seperti Irfan Hakim dan Lukman
Hakim. Kehadiran mereka sepertinya membuat animo masyarakat menjadi semakin banyak.
”Banyak yang bilang kok artis ini sepertinya sayang banget sama kura-kura atau sama ularnya ya. Kayaknya saya juga harus punya, tapi dari yang kecil dulu kali ya,” ujar Yulyani.
Rasa sayang tersebut membuat semua hal akan dilakukan.
Bahkan ada pula yang menganggap binatang tersebut seperti anaknya sendiri.
”Ada klien yang pelihara ular sanca kembang dari bayi, remaja hingga dewasa. Itu dianggap anak. Bahkan mereka tidur dan jalan-jalan juga ditemani ular tersebut. Semua itu karena rasa sayangnya,” tambahnya.
“Semua harus diperhatikan seperti makanan dan minuman, kebersihan kendang,lampu sebagai pengganti sinar matahari dan lainnya. Karena pencegahan lebih vaik dari mengobati,” tuturnya.