TRIBUNNEWS.COM - Beth (21) perempuan yang tinggal di Bournemouth, Inggris, mengaku tidak bisa lepas dari "utang bersosialisasi" karena tak kuasa menolak ketika teman-temannya mengajak pergi.
Ia banyak menghabiskan uang untuk membeli pakaian, membayar keanggotaan gym, dan bersenang-senang di malam hari.
Salah satu alasan Beth sulit menolaknya adalah karena dia tidak mau melihat unggahan media sosial kebersamaan teman-temannya tanpa dirinya.
"Itu akan membuatku merasa melewatkannya," kata Beth.
Baca: Geger Video Lelaki Bercadar Kepergok Warga di Aceh
Baca: Pada Sebuah Foto Wajah Betrand Peto Diganti Hewan, Keluarga Ruben Onsu Marah dan Lapor Polisi
Baca: Fitur Like di Instagram Disembunyikan Bakal Kikis Pendapatan Influencer
Meski begitu, pola hidup seperti itu bak siklus yang tak pernah berakhir.
Beth terus menerus membeli barang atau hal melebihi kemampuannya hanya agar tak melewatkan momen bahagia bersama kelompok sosialnya. Dengan kata lain ia jadi boros karena harus menutupi biaya pergaulan.
Beth tidak sendiri. Menurut riset dari KPMG UK, sebuah perusahaan yang memiliki spesialisasi di bidang audit, pajak dan servis penasehat, lebih dari setengah warga Inggris (52 persen) punya utang karena menggunakan kartu kredit (21 persen) dan overdraft (13 persen) atau meminjam uang dari pasangan (12 persen).
Baca: Viral Video Sopir Valet Ambil Uang Receh di Mobil Pelanggan, Kini Pelaku Sudah Ditangkap Polisi
Sebuah survei terbaru dari perusahaan perencanaan finansial, Portafina, menemukan bahwa satu dari lima warga Inggris menghindari obrolan tentang uang dan 24 persennya mengatakan bahwa teman-teman mereka bisa membeli barang-barang yang tidak bisa mereka beli.
Konsultan psikolog klinis dari Cardinal Clinic, Dr. Roz Halari menjelaskan, ketika media sosial dan FOMO (Fear of Missing Out - takut ketinggalan) mengambil peran, alasan orang berutang tidak hanya untuk bersosialisasi.
Beberapa orang menjadi rentan menghabiskan lebih banyak uang sebagai kondisi psikologis pra-eksistensi atau karakter perilaku.
Kondisi ini menyebabkan mereka seolah tidak punya batasan finansial. Banyak orang menjadi overspending, atau memiliki pengeluaran berlebih.
Ada pula kondisi psikologis uang memengaruhi perilaku pengeluaran kita.
"ADHD -spontanitas, impulsif, kontrol impuls yang buruk- sering kali mengarah pada pengeluaran berlebih dan akumulasi utang. Fluktuasi suasana hati juga dapat menyebabkan kita mengalami pengeluaran beelebih dan manajemen keuangan yang buruk," kata Halari.
Kepribadian seperti obsesifitas, impulsif, spontanitas, serta faktor-faktor seperti suasana hati yang buruk dan harga diri yang rendah juga dapat membuat kita cenderung melakukan pengeluaran berlebih.