TRIBUNNEWS.COM – Dalam mendaki, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar kegiatan berjalan lancar dan aman.
Persiapan itu, bisa dimulai dari latihan kemampuan fisik setiap hari hingga mengurus izin pendakian lebih aman.
Apalagi saat menghadapi musim hujan, angin kencang, dan kebakaran lahan di sejumlah wilayah, seperti di area Gunung Lawu.
Diketahui, Hutan di lereng Gunung Lawu, tepatnya pada petak 55 di wilayah Kabupaten Magetan, Jawa Timur tebakar, Jumat (15/11/2019) pagi.
Nah, bagi para pendaki yang ingin menjelajah gunung di Indonesia, perlu melakukan persiapan tersebut dengan cermat.
Mendaki bukanlah semata-mata berhasil sampai di puncak tujuan, tetapi juga bisa sampai selesai dan pulang dengan selamat.
Kemudian, bisa berkumpul kembali dengan keluarga tercinta di rumah juga amat didambakan.
Berikut persiapan yang perlu dilakukan untuk mendaki ke Gunung Semeru, dilansir Tribunnews dari Indonesiaexpeditions.com:
1. Perlu melatih kemampuan kardiovaskular
Kamu dapat menjalankan dua hingga tiga kali seminggu selama 45 menit hingga satu jam per sesi.
Berlari pada rute yang memiliki gain ketinggian akan jauh lebih baik, atau menggunakan treadmill jika tidak ada medan seperti itu di kota asal.
Kamu dapat mengubah salah satu sesi lari dalam seminggu dengan bersepeda atau berenang dan terutama yang perlu dilakukan juga memanjat tangga dengan setidaknya paket 10kg.
2. Latihan otot
Perkuat otot tubuh bagian atas dan bawah, juga otot inti.
Kamu dapat melakukannya di gym atau melakukan push-up, sit-up, pull-up, papan, dll.
Kamu perlu berlatih 3 bulan sebelum ekspedisi dan akan meningkatkan tingkat keberhasilan.
Berikut tips aman dan lancar mendaki gunung, dilansir Tribunnews dari Kompas.com:
1. Persiapan fisik dan mental
Persiapan fisik bisa dilakukan dengan olahraga teratur minimal sebulan sebelum pendakian agar anggota tubuh terbiasa bergerak dan menghindari keram saat mendaki.
Medan pendakian yang naik turun, terkadang cuaca di atas gunung tidaklah menentu.
Oleh karena itu persiapan fisik dan mental sangatlah penting.
2. Membawa perlengkapan pendakian
Alat-alat yang biasanya dibawa adalah tenda, sleeping bag, sepatu hiking, jaket sesuai ketinggiannya, alat memasak, makanan dan minuman yang cukup, obat-obatan, dan lain sebagainya.
Lebih baik tidak membawa barang berlebihan karena dapat mengganggu perjalanan,
Dengan beban sedikit dan tidak menenteng, akan membantu mendaki atau menuruni gunung.
3. Kenali gejala AMS (Acute Mountain Sickness)
Penyakit ketinggian di atas gunung itu, dapat dibagi menjadi tiga bagian.
Menurut gejala dan levelnya, yakni AMS ringan, AMS sedang dan AMS berat.
“Sebanyak 75 persen kasus yang ada, AMS biasanya terjadi pada saat pendaki memasuki ketinggian 3.000 - 4.000 mdpl. Gejala munculnya AMS biasanya muncul 12-24 jam setelah pendaki tiba di ketinggian tersebut,” kata Mountain Guide di Indonesia Expeditions, Rahman Muchlis, Sabtu (25/2/2017) dikutip dari Kompas.com
Gejala muncul, berupa sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sesak nafas, tidur terganggu, dan lain sebagainya.
Solusi untuk mengatasi hal ini adalah pendaki harus tetap sadar dan tetap melakukan aktivitas ringan.
4. Mengurus izin pendakian
Mengurus izin pendakian, akan terdata oleh petugas setempat dan berguna apabila ada pendaki yang tersesat atau belum memberikan kabar sama sekali.
Kemudian, petugas akan secara cepat bertindak.
Ketika pendaftaran juga terdapat surat izin dokter dan tertulis riwayat penyakit di sana.
Dimaksudkan agar petugas bisa dengan tepat membawa perlengkapan obat-obatan dan penanganan khusus apabila penyakit pendaki tersebut kambuh.
5. Berteduh apabila hujan turun
Terkadang cuaca bisa berubah kapan pun, tanpa disadari.
Jadi, para pendaki harus waspada akan pergantian cuaca ini dan disarankan untuk berhenti sejenak.
Kemudian, mendirikan tenda sementara untuk berteduh dan hindari berteduh di bawah pohon tua yang rantingnya rapuh.
(Tribunnews.com/Suci Bangun Dwi Setyaningsih)