Dengan ia berhasil melakukan tindakan berdasarkan fantasi-fantasi yang bentuk, maka rasa puas akan didapat dari seorang eksibisionisme.
"Dengan banyak menonton film porno sehingga seolah olah kehidupan nyata itu sama seperti yang ada di film."
"Kemudian ia menemukan sebuah insight, sebuah kenikmatan bisa diperoleh dengan menujukkan alat kelamin kepada orang lain," ujar Adib.
Faktor ketiga adalah tidak adanya kontrol dan pengawasan orang tua atau orang terdekat.
Adib menjelaskan, jika seseorang tidak pernah mendapatkan pengawasan dan aturan, maka besar kemungkinan, ia akan tumbuh dengan tidak mengetahui aturan dan batasan-batasan yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Ia akan melihat segala perilaku yang ia jalani adalah perbuatan yang benar, normal, dan dapat memuaskan hasratnya.
Orang yang mengidap eksibisionisme tidak akan berpikir, tindakan memperlihatkan kelamin kepada orang lain adalah tindakan yang melanggar hukum.
Ia hanya memandang perbuatan memperlihatkan alat kelamin tersebut mampu memuaskan hasrat seksual mereka.
Perlunya kasih sayang yang diberikan keluarga juga merupakan kunci utama dalam pengendalian dan menekan angka perbuatan prilaku menyimpang ini.
Dengan kasih sayang yang diberikan, hal ini akan menjadi tembok penghalang bagi seseorang untuk melakukan tindakan menyimpang .
Di akhir keterangan, Adib menjelaskan, orang yang mengidap eksibisionisme biasanya adalah orang yang mempunyai gangguan di pergaulannya.
Di dalam pergaulan, orang tersebut cenderung bersifat pendiam, pasif, dan terkadang melakukan hal-hal yang dianggap aneh.
Saat ini, kasus pelecehan yang terjadi di Kota Tasikmalaya telah ditangani Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota.
(Tribunnews.com/Muhammad Nur Wahid Rizqy)