Maka berkatalah dia kepada murid-muridnya
“Kita bisa mengubah keadaan.
Anak-anak akan lulus lulus ujian kelas,
Terpandang diantara tetangga,
Boleh dibanggakan pada kakak mereka.
Soalnya adalah tentang kerjasama antara kita.
Jangan sampai kerjaku terganggu,
Sebab atap bocor.”
Dan papa-papa semuanya senang
Di pegang-pegang tangan ibu guru,
Dimasukkan duit daam genggaman,
Serta sambil lalu,
Dalam suasana persahabatan,
Teteknya disinggung dengan siku.
Demikian murid-murid mengintip semua ini.
Itulah ajaran tentang perundingan,
Perdamaian, juga santainya kehidupan.
Ibu guru berkata
“Kemajuan akan berjalan lancar.
Kita harus menguasai mesin industri.
Kita harus maju seperti Jepang, Amerika, Jerman
Sekarang keluarkanlah daftar logaritma.”
Murid-muridpun tertawa,
Dan mengeluarkan rokok mereka.
“Karena mengingat kesopanan,
Jangan kalian merokok.
Kelas adalah ruang tuk belajar
Dan sekarang daftar ogaritma!”
Murid-muridpun tertawa dan berkata
“Kami tak suka daftar logaritma.
Taka da gunanya!”
“Kalian tak ingin maju?”
“Kemajuan bukan soal logaritma,
Namun adalah soal perundingan.”
“Jadi, apa yang kalian inginkan?”
“Kami tak ingin apa-apa.
Kami sudah punya semuanya.”
“Kalian ngacau!”
“Kami tak mengacau
Kami tak berpolitik
Kami merokok dengan santai
Seperti ayah-ayah kami di kantor mereka:
Santai, tanpa politik berunding dengan Cina
Berunding dengan Jepang
Mencipta suasana girang.
Dan di saat ada pemilu,
Kami membantu keamanan,
Meredakan partai-partai.”
Murid-murid tertawa
Mereka menguasai perundingan
Ahli lobbying
Paham akan gelagat
Pandai mengikuti keadaan