News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belajar dari Viralnya Curhatan Anak soal Sikap Orang Tuanya, Psikolog Berikan Saran

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap layar cuitan yang berisi curhatan anak-anak tentang sikap orangtuanya

TRIBUNNEWS.COM - Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yudi Suharsono, M.Si, memberikan saran terkait viralnya curhatan anak-anak tentang sikap orang tua mereka.

Saran yang pertama, Yudi meminta agar orang tua memperbaiki posisinya hubunganya dengan anak.

Ia menilai orang tua bukan sebagai pendidik, tapi yang lebih tepat sebagai pengasuh.

Yudi mengatakan, pengasuh memiliki konsekuensi lebih dibandingkan hanya memberikan pendidikan saja.

Kedua, orang tua harus bisa hadir dalam diri anak dan menjadi rujukan utama.

"Ketika anak mengalami kesulitan, orang tua harus hadir, karena anak butuh bantuan," jelas Yudi kepada Tribunnews, Sabtu (02/05/2020).

Yudi juga meminta ketika terjadi kesalahan yang dilakukan anak, orang tua tidak mengedepankan emosi.

Ia memisalkan, ketika anak jatuh dan terluka, maka hal yang pertama kali yang dilakukan orang tua mengobati lukanya.

"Bukan melempar kemarahan," beber Yudi.

Saran terakhir, Yudi meminta orang tua bisa memanusiakan anak, sehingga di masa depan, anak juga bisa memanusiakan orang lain.

"Biar anak merasa dihargai keberadaaannya juga," katanya.

Penyebab Orang Tua Melakukan Kekerasan Fisik atau Verbal

Terlepas dari benar atau hanya rekayasa saja, menurut Yudi, anak curhat menggunakan media tulisan bisa dimungkinkan terjadi dalam kehidupan nyata.

Ia mengatakan curhatan anak tersebut bisa jadi mewakili anak-anak lainnya di luar sana.

"Tulisan begini ini banyak mewakili banyak anak lain, toh jika ini benar dari satu anak saja," ucapnya.

Yudi melanjutkan, pada dasarnya anak tidak suka mendapatkan perlakukan kasar, baik secara fisik maupun verbal.

Sedangkan dorongan untuk menuliskan curhatan di media kertas bisa dipicu dari ketakutan anak kepada orang tuanya sendiri.

"Dia tidak berani menyampaikan curhatan itu ke orang tua. Karena ia menganggap dirinya selalu kalah, sedangkan orang tuanya selalu menang,"imbuhnya.

Baca: 522 Psikolog Siap Beri Konseling kepada Masyarakat Terdampak Corona

Ilustrasi kekerasan verbal (https://www.freepik.com/)

Yudi menilai terdapat sejumlah faktor pendorong orang tua melakukan kekerasan fisik atau verbal kepada anaknya.

Ia mengatakan faktor utamanya adalah minimnya pemahaman orang tua terhadap pengetahuan soal pola pengasuhan anak.

"Persoalannya jika ditarik mundur ya panjang. Sebelum menikah tidak cukup bekal pembelajaran misalnya."

"Termasuk orang tua tidak memahami psikologis perkembangan anaknya," ujarnya.

Faktor lain juga bisa datang dari pengalaman terdahulu orang tua ketika masih menjadi seorang anak.

"Meng-copy apa yang dilakukan orang tuanya dulu, padahal kan bisa jadi persoalannya berbeda," kata Yudi.

Namun, Yudi juga tidak menutup mata kekerasan fisik dan verbal tidak selalu berasal dari niatan buruk.

Bisa jadi ketika orang tua melakukan kekerasan didasari ingin memberikan hal terbaik kepada anak.

Sehingga anak bisa menjadi apa yang diharapkan oleh orang tuanya.

"Bisa jadi tujuannya baik, tapi caranya itu yang tidak benar. Ya yang benar itu tujuannya baik sekaligus caranya," tandasnya.

Baca: Psikolog Saran Lakukan Ini Untuk Menenangkan Seseorang yang Jadi Korban KDRT

Viral di Media Sosial

Viralnya kumpulan curhatan anak-anak soal sikap orang tua mereka (Kolase Tribunnews: https://twitter.com/6tigakal)

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Tribunnews, kumpulan curhatan tersebut mencuri perhatian warganet setelah diunggah oleh akun Twitter bernama @6tigakali, Kamis (01/05/2020).

@6tigakali dalam cuitannya menyematkan berbagai curhatan anak itu di sejumlah lembar kertas menggunakan warna berbeda-beda.

Dalam curhatannya, anak-anak mencoba menyampaikan keluh kesahnya tentang perlakukan orang tua mereka.

Kebanyakan dari mereka mengatakan tidak suka ketika mendapatkan kekerasan fisik maupun verbal.

Baca: Psikolog: Sisi Positif Pandemi Virus Corona Juga Perlu Disyukuri

"Saya tidak suka ayah ngomong membuat hati saya sakit. Mengatai g*b**ok, a**j**g, dan aku tidak suka dipukul."

"Saya tidak suka dikatain lagi dan dipukul," tulis anak ini.

Selain berbagai macam curhatan, @6tigakali juga menuliskan keterangan:

"Hey, be a good parents, please." tulis @6tigakali.

@6tigakali juga menyampaikan pesan kepada para calon orang tua.

"Dan teruntuk kalian yg pernah ngalamin, so sorry for what happened to yall. I love you, single one of you."

"Dan kalian yg akan menjadi orang tua, be kind to ur child, educate them well, love them with all of your heart. Jika sekiranya ga bisa ngucapin hal2 baik, diam dan senyum aja atau pergi. It'll be better i guess. Love," tulis @6tigakali.

Hingga Senin (04/05/2020), cuitan di atas sudah telah di-retweets sebanyak 32,2 ribu kali dan disukai oleh 56,9 akun Twitter lainnya.

Tribunnews telah mengubungi @6tigakali untuk mencari kebenaran kumpulan curhatan anak-anak tentang sikap orang tua mereka, namun hingga kini belum ada jawaban.

 (Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini