TRIBUNNEWS.COM - Madu asli memiliki banyak khasiat untuk tubuh, sebaliknya madu palsu mengandung kadar gula yang tinggi sehingga justru bisa membahayakan kesehatan.
Bagaimana cara membedakannya? Madu asli sendiri memiliki beragam karakteristik sesuai dengan sari bunga yang diisap lebahnya dan cuaca saat panen.
Madu yang beredar di Indonesia umumnya merupakan hasil dari lebah hutan (Apis dorsata), lebah unggul (Apis mellifera), dan lebah lokal yang biasa hidup di atas atap rumah (Apis cerana).
Warna madu murni bervariasi dari putih hingga hitam.
Madu hitam yang memiliki kualitas baik biasanya dihasilkan dari lebah hutan, sedangkan madu budidaya yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat biasanya berwarna cokelat cerah.
Apa yang dimaksud dengan madu palsu?
Madu palsu adalah cairan yang secara fisik mirip dengan madu dari lebah, namun sebetulnya merupakan ‘oplosan’ madu yang dicampur bahan lain, terutama larutan sukrosa maupun sirup glukosa/fruktosa.
Tidak jarang pula produsen madu palsu ini mencampurkan bahan lain, seperti gula pasir, gula aren, air tape, minyak kelapa, dan Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Untuk menambah kesan asli dari madu, tidak jarang produsen curang menambahkan air kapuk untuk mendapatkan efek busa pada madu.
Sementara untuk mengentalkan madu palsu, bahan yang digunakan adalah gelatin atau sagu.
Tak hanya itu, madu yang didapat dengan memberikan larutan sukrosa sebagai asupan tawon budidaya juga dikategorikan sebagai madu palsu.
Tak tanggung-tanggung, ada pula madu palsu yang dibuat 100 persen dari larutan gula yang ditambahkan asam sitrat dan beberapa bahan tambahan lainnya.
Tak pelak, terdapat kandungan nutrisi yang sangat berbeda antara madu palsu dan madu asli.
Kandungan sukrosa pada madu palsu sangat dominan, sedangkan madu asli juga memiliki mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor, kalium, serta berbagai vitamin.