"Hubungan toxic relatinship sebenarnya hubungan yang bisa saja dua-duanya mengalami masalah psikologis," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com dalam sambungan telepon, Senin (8/6/2020).
"Sebenarnya sudah tidak bahagia tapi masih dijalani, yang bikin tidak bahagia bisa saja faktor internal dia."
"Barangkali memiliki depresi, kecemasan. Sehingga saat berpasangan, dia tetap saja memiliki masalah," jelasnya.
Baca: Bicarakan Hal Negatif Tentang Pasangan ke Orang Lain? Ini Tanda-tanda Toxic Relationship
Baca: 2 Tahun Kesha Ratuliu Terjebak Toxic Relationship: Aku Dikatain Perempuan Murahan
Psikolog di www.praktekpsikolog.com ini menambahkan, bisa saja pria tersebut merasa kesepian.
Orang yang melakukan kekerasan, biasanya merasa kurang bahagia dalam hidupnya.
"Dari pengalaman saya secara umum, sebelum berpacaran sudah kesepian, merasa sendiri, kesal, kurang bahagia."
"Merasa 'kenapa kehidupan ini enggak adil bagi dia'. Ketika menjalani hubungan pun semakin kompleks," terang Adib.
Menurutnya, pasangan yang berada dalam hubungan yang tak menyenangkan, bisa mendatangi psikolog.
Sebab, luka di masa lalu yang terus dirasakan akan membuat seseorang melakukan kekerasan.
"Orang yang mengalami toxic relationship disarankan untuk melakukan terapi dan konseling dengan psikolog."
"Agar dirinya terbebas dari trauma dan belenggu masa lalu. Belenggu-belenggu inilah yang membuat seseorang melakukan kekerasan," katanya.
Ketika keluarga tidak bisa melindungi, pasangan yang berada dalam toxic relationship akhirnya tidak punya pilihan lain.
"Sementara saat pacaran, sudah tidak terlindungi juga, jadi sama-sama tidak nyaman," imbuh Adib Setiawan.
Baca: Cerita Kesha Ratuliu Terjebak dalam Toxic Relationship, Alami Kekerasan Fisik hingga Verbal
Baca: Prilly Latuconsina Mengaku Pernah Terjebak dalam Toxic Friendship hingga Ingin Akhiri Hidup
(Tribunnews.com/Nuryanti)