TRIBUNNEWS.COM - Keputusan aktris Shandy Aulia untuk memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada sang buah hati yang berusia 4 bulan menuai pro kontra.
Dalam unggahan akun Instagram pribadinya, Shandy pun telah memberi penjelasan bahwa keputusan MPASI tersebut telah ia konsultasikan dengan dokter spesialis anak serta dokter gizi.
Namun, hingga saat ini, publik masih ramai membicarakannya.
Bahkan, pemain film tersebut jadi mengalami mom shaming.
Dilansir dari unggahan akun Tiktok Shandy Aulia, @shandyauliareal, seorang warganet tampak mencibir keputusan Shandy memberi MPASI pada anaknya, Claire Herbowo.
"oooo ini yang viral itu ya, yg ngasi anak mpasi dini ?? ngasi makan madu kaloq gk salah,sampai mertua saya juga ikutan nyuruh buat mpasi dini, no no!" tulis sebuah akun di TikTok.
Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, Citra Hanwaring Puri, S.Psi, Psikolog., memberikan tanggapannya mengenai perilaku mom shaming.
Citra mengatakan, mom shaming memang banyak terjadi di lingkungan sekitar kita.
Menurutnya, mom shaming terbilang sering dialami oleh kalangan artis ataupun public figure lainnya.
Pasalnya, Citra mengatakan, adanya media sosial saat ini membuat sejumlah orang merasa bebas untuk melontarkan komentarnya terhadap siapapun.
Menurut Citra, tindakan mom shaming kerapkali tidak disadari oleh pelaku.
"Perilaku mom shaming itu kan semacam body shaming tapi ini dialami ibu-ibu, jadi kesannya perilaku yang meremehkan, mempermalukan, merendahkan ibu lainnya, seakan pelakunya lebih tahu dan lebih baik.
"Ya terkadang orang melakukan mom shaming itu nggak sadar, dia sebenarnya mungkin pengin ngasih tahu tapi caranya nggak tepat," terang Citra pada Tribunnews.com, Jumat (24/7/2020).
Baca: Seusai Diprotes Gara-gara Beri MPASI untuk Anaknya yang Masih 4 Bulan, Begini Reaksi Shandy Aulia
Citra menuturkan, mom shaming biasanya dialami oleh para ibu baru.
Padahal, para wanita yang baru menjadi ibu sebenarnya membutuhkan banyak masukan.
Namun, apabila yang ia terima berupa mom shaming, yang justru memojokkan dirinya, Citra mengatakan, hal itu bisa membuat seorang ibu menjadi merasa tidak percaya diri dalam mengasuh anaknya.
"Si korban ini kalau biasanya ibu baru ya, ibu baru kan banyak perlu masukan, jadi kalau dapat masukan seperti itu misal dari orang-orang terdekat atau saudara yang lebih tua, kakak, ibu, dia akan merasa bersalah, dia jadi nggak percaya diri ngasuh anak, malah jadi bingung," kata Citra.
"Jadi untuk pengasuhan dan rencananya ke depan untuk sang anak, yang tadinya sudah ditata, justru jadi nggak percaya diri," tambahnya.
Selain itu, Citra mengatakan, seseorang yang mengalami mom shaming juga dapat merasa tertekan hingga stres.
"Korban bisa menjadi tertekan dan merasa stres karena merasa tidak berperan dengan baik sebagai ibu," ujarnya.
Mom Shaming Datang dari Orang Terdekat
Citra menyebutkan, mom shaming seringkali justru berasal dari kalangan orang-orang terdekat.
Menurut Citra, kalangan terdekat seperti ibu kandung, ibu mertua, saudara, hingga teman, terkadang terkesan ingin mengatur pola pengasuhan.
"Yang melakukan mom shaming itu biasanya justru orang-orang sekeliling, orang-orang terdekat."
"Misalnya teman sendiri, saudara, ibu, atau bahkan ibu mertua, itu mungkin kesannya paling ngerti, paling paham, dan kesannya pengin ngatur juga tentang pengasuhan anak kita," ujar Citra.
Padahal, menurut Citra, yang lebih mengerti seorang anak adalah ibu kandungnya sendiri.
Terlebih, apabila sang ibu pun telah mengkonsultasikan masalah kesehatan dan perkembangan si buah hati pada dokter.
"Yang paling ngerti kebutuhan anak kita sebenarnya ibu."
"Ibu pasti melakukan hal terbaik lah dan disesuaikan kondisi anak masing-masing, dengan dia tetap berkonsultasi dengan dokter, dengan dia tetap memeriksakan secara teratur, itu sebenarnya dia sudah mengerti," kata Citra.
Namun, Citra menambahkan, perbedaan pola pengasuhan setiap orang dan perbedaan kondisi setiap anak itulah yang memicu timbulnya mom shaming.
"Pelaku merasa, 'dulu saya tidak seperti itu mengasuhnya, dulu saya ngasih MPASI 6 bulan, kok ini bisa 4 bulan, ini pasti kamu salah,'."
"Atau misalnya hal-hal sepele seperti cara menyusui, atau rumah berantakan, 'kok bisa rumah berantakan seperti itu? Padahal saya anaknya banyak nggak seperti itu,' jadi hal-hal sepele seperti itu.," bebernya.
Baca: Shandy Aulia Ungkap Alasan Beri Claire MPASI Usia 4 Bulan, Beri Jawaban Bijak soal Bayi Harus Montok
Citra menyebutkan, mom shaming juga seringkali terjadi ketika para ibu baru saja melahirkan.
Menurutnya, sejumlah orang masih membanding-bandingkan proses melahirkan secara caesar dan normal.
"Bisa juga ketika melahirkan, biasanya ada yang menyebutkan yang melahirkan secara normal itu lebih baik daripada yang caesar, padahal kan nggak, itu sesuai kebutuhan masing-masing," kata Citra.
Bagaimana mengatasi mom shaming?
Menurut Citra, mom shaming dapat diatasi dengan tetap percaya diri.
Namun, percaya diri yang dimaksud harus dibangun dengan memperbanyak wawasan tentang pengasuhan anak maupun dengan berkonsultasi dengan dokter.
"Dengan dia sudah berkonsultasi dengan dokter secara rutin dan mengetahui tidak ada masalah, dia juga mengerti benar atau tidaknya dengan dia sudah membaca atau bertanya pada ahlinya, sebenarnya dia nggak perlu terlalu merisaukan apa kata orang lain," kata Citra.
Pasalnya, Citra mengatakan, pelaku mom shaming terkadang hanya asal-asalan saja menghakimi tanpa tahu pasti dengan kondisi bayi kita.
"Atau bisa juga pelaku merasa insecure karena dia merasa dulu ada rasa bersalah pada anaknya, ada pola pengasuhan yang salah, jadi dia kayak mau cari teman," lanjutnya.
Baca: Shandy Aulia Beri MPASI Claire di Usia 4 Bulan, Tindakannya Tuai Kritik, Dokter Beri Penjelasan
Selain itu, apabila mom shaming datang dari keluarga seperti ibu kandung ataupun ibu mertua, Citra menyarankan untuk dapat menerimanya dengan pikiran positif.
"Kadang ibu melakukan itu ya karena mereka ingin yang terbaik untuk anak kita, tetap kita tanggapi dengan baik, misalnya 'oh iya terima kasih, tapi mungkin saya milih ini karena sudah berkonsultasi dengan dokter,' misalnya begitu," kata Citra.
Citra mengatakan, yang terpenting, jangan terlalu fokus dengan cibiran orang lain.
Sebaiknya, Citra menambahkan, kita lebih fokus pada orang-orang yang memberi dukungan secara baik.
Ia pun kembali menekankan para ibu untuk banyak membaca dan berkonsultasi pada ahli supaya percaya diri dalam mengasuh anak.
"Banyaklah baca, banyak wawasan, percaya diri saja bahwa sudah melakukan yang terbaik terhadap anak dengan terus rutin berkonsultasi," tuturnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)