News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ruangan Berpendingin Bisa Cepat Sebarkan Covid-19, Bagaimana Mendesain Rumah Sehat, Adem Tanpa AC?

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Air Conditioner (AC).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Droplet yang mengandung Covid-19 dapat menyebar lebih cepat di ruangan ber-AC, tapi kalau gak pakai AC panas, bagaimana solusinya?

Lalu bagaimana dunia arsitektur bisa mengakomodasi protokol kesehatan dalam menghadapi ancaman Covid-19?

Arsitek dari Studio ArsitektropiS Ren Katili memaparkan beberapa standar arsitektur yang bisa diterapkan masyarakat.

Menurut dia, hunian yang adaptif untuk pencegahan penyebaran virus covid-19 sebenarnya sudah diakomodasi dalam konsep rumah sehat yang selalu memperhatikan unsur iklim daerah setempat.

Untuk daerah tropis seperti Indonesia, rumah harus memenuhi aspek kecukupan pencahayaan matahari dan memiliki sirkulasi udara yang baik, di samping fasilitas ruang terbuka hijau yang memadai.

“Rumah yang memiliki sirkulasi udara baik dengan pancahayaan sinar matahari cukup akan mampu mereduksi kelembaban udara yang tinggi di daerah tropis sehingga rumah tidak terasa lembab yang memudahkan berkembangbiaknya bakteri serta virus-virus berbahaya,” terang Ren.

Hunian sehat, idealnya memang tidak perlu menggunakan AC.

Contoh rumah sehat (net)

Sesuai berbagai referensi, droplet yang mengandung Covid-19 dapat menyebar lebih cepat di ruangan ber-AC, ketimbang di luar ruangan atau di dalam ruangan yang memiliki ventilasi leluasa.
Lalu bagaimana mengatasi problem overheating yang sering dikeluhkan orang pada ruangan yang tidak ber-AC?

Ren mengamati, temperatur tinggi yang terjadi karena pencahayaan matahari berlimpah di daerah tropis, rata-rata dialami oleh rumah yang memiliki aliran udara rendah.

Untuk menghindari kondisi terlalu panas seperti itu, ia menyarankan, saat membangun rumah, bangunan sebaiknya diorientasikan pada arah utara-selatan.

Selain itu, bentuk bangunan yang pipih (desain persegi panjang) menurutnya juga lebih baik daripada denah rumah yang berbentuk gemuk (seperti kubus) karena udara akan lebih cepat keluar masuk.

Dalam hal trafik udara, idealnya setiap rumah memang memiliki 2 lubang yang bisa menjadi pintu keluar masuk udara.

Namun di kompleks perumahan yang padat saat ini, tidak bisa dihindari lagi, hanya ada satu opsi satu fasad karena bagian belakangnya ditutup rapat ketika penghuninya butuh ruang tambahan.

Untuk kondisi seperti itu, Ren menganjurkan dibuat bukaan atas agar udara panas bisa keluar leluasa.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini