Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya berbagai usaha kuliner rumahan di tengah pandemi Covid-19 patut diapresiasi sebagai bentuk kreativitas dan upaya memperbaiki kondisi perekonomian.
Noveri Maulana, praktisi marketing mengatakan, tren Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) membuat kebutuhan konsumsi masyarakat di rumah tangga turut meningkat.
"Tak mengherankan kebutuhan akan jenis makanan yang bisa diakses dari rumah juga akan semakin meningkat," kata Noveri Maulana melalui keterangan pers, Rabu (23/9/2020).
Dosen Kewirausahaan di PPM School of Management ini mengatakan, sampai setahun ke depan, orang masih belum sepenuhnya normal untuk dine in atau nongkrong di restoran.
Baca: Sate Kelinci dan 4 Kuliner di Tawangmangu yang Wajib Dicoba
Noveri mengingatkan, masakan rumahan olahan sendiri juga bisa membosankan sehingga pedagang perlu mengeluarkan jenis variasi produk kuliner yang bisa delivery ke rumah.
"Di sinilah bisnis kuliner rumahan bisa memberikan peluang untuk mereka yang mau mencoba peruntungan sebagai entrepreneur,” ujar Noveri.
Baca: Mencoba Lezatnya Nasi Gudeg Yogya Bu Hani, Kuliner Legendaris di Jakarta Selatan
Noveri menambahkan, wirausaha yang baru merintis disarankan banyak belajar dari ahlinya.
Pintaria sebagai platform penyedia kursus Prakerja, memberikan berbagai jenis kursus online yang berkaitan dengan usaha kuliner yang dibimbing langsung oleh lembaga pelatihan yang terdaftar.
"Tentunya dengan pengajar profesional yang tidak hanya memberikan teknik membuat berbagai makanan, tapi juga bagaimana tips menjualnya," kata Sally Dewi, Head of Training Product Pintaria.
Hal ini selaras dengan niat baik pemerintah dalam penyelenggaraan kursus Prakerja yang bisa memberikan manfaat positif dan membantu mereka yang terkena imbas ekonomi akibat Covid-19.
“Melalui berbagai pelatihan di Pintaria, masyarakat bisa belajar dari ahlinya dan mendapatkan sertifikat, harapannya bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk membuat produk kuliner yang bisa dijual dan menambah penghasilan,” ujarnya.
6 Juta Menganggur
Di tengah kondisi yang tidak menentu akibat pembatasan aktivitas sosial, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia memprediksi setidaknya akan ada 6 juta orang yang mengalami PHK atau kehilangan penghasilan akibat perekonomian yang melambat.